Kedua, Qadar adalah ketetapan Allah Swt secara parsial yang merupakan bagian dari qadha. Â Qadar merupakan keputusan Allah Swt dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya, baik berupa keberuntungan maupun musibah/kerugian.
Takdir sendiri terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu'alaq. Takdir Mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah. Misalnya, kematian, jodoh, dan lain sebagainya. Sementara Takdir Mu'allaq adalah takdir yang dapat berubah lantaran doa dan usaha atau ikhtiar yang diupayakan hambanya. Misalnya, kekayaan, jabatan, kesehatan, rejeki, dan lain sebagainya.
Setelah menetapkan qadha kemudian Allah memberikan kebebasan atau free will bagi manusia untuk melakukan apa saja agar diperoleh sesuatu seperti yang diinginkannya. Usaha itu disebut sebagai Ikhtiar. Ikhtiar adalah usaha yang dilakukan untuk memenuhi harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus berusaha atau berupaya untuk meraihnya.Â
Takdir merupakan 'rahasia ilahi' agar manusia selalu berikhtiar melakukan yang terbaik dalam kehidupannya. Ikhtiar bukan sekedar pilihan tetapi justru merupakan perintah dari Allah.
Kita diperintahkan selalu berikhtiar untuk merubah takdir "kecil" yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Misal menjaga kesehatan badan dengan berolah raga dan makan bergizi, tentu badan kita akan fit dan terhindar dari penyakit (kecil), itulah qadar. Tetapi kita tidak bisa menghindari ketetapan Allah berupa penyakit "besar" yang akan mempengaruhi kehidupan, itulah ketetapan fundamental yang disebut qadha.
Atau mereka yang bekerja keras untuk memperoleh rejeki, maka bisa jadi Allah akan mengabulkan sesuai usahanya, tetapi Allah tidak mengubah ketetapan tentang takaran rejeki keseluruhan dalam hidupnya. Ingat rejeki tidak hanya berupa materi an sich, tetapi kesehatan dan kebahagiaan juga merupakan rejeki.
Mereka yang berikhtiar dengan sungguh-sungguh menghindari paparan covid, memiliki peluang besar untuk dianugerahi qadar sesuai yang diinginkan. Mereka ini mendapat "satu pahala" ikhtiar. Bila ikhtiar itu dilakukan dalam koridor kebenaran syariat, maka Allah menambahnya dengan kebaikan (pahala). Mereka mendapatkan "dua pahala". Â
Dan bila kemudian mereka menerima dan bersyukur apapun hasil akhirnya, karena yakin itu adalah qadar (keputusan) Allah, maka dapat bonus berkah. Mereka mendapat "tiga pahala". Masya Allah.
Nah, bagaimana bila seseorang yang sudah berupaya menjaga kesehatan serta patuh Prokes tetapi masih juga tetap kena covid? Yakinlah bahwa Allah SWT punya "skenario" terbaik yang kita belum pahami.  Mungkin saja Allah "mem-vaksin" kita dengan cara-Nya untuk mempersiapkan kita menghadapi pandemi gelombang ke sekian.  Atau mungkin Allah sedang meminta kita "mendekat" kepada-Nya, agar Dia mendengar istighfar kita yang tulus, supaya hati dan iman kita jauh lebih kuat.
Sedangkan bagi mereka yang "cuek bebek" tanpa prokes dan tidak kunjung terinfeksi covid-19, itu juga adalah takdir Allah. Â Tapi kita harus ingat bahwa tidak pakai masker, tidak rajin cuci tangan, suka berkerumun, itu jelas "menghilangkan pahala ikhtiar" sekaligus melanggar syariat.
Apabila tidak melakukan prokes dengan "kesombongan", maka ia akan mendapat "satu dosa". Â Dan bila dengan kesombongannya lalu mengajak orang lain untuk sama-sama tidak melakukan Prokes, maka ia mendapat "dua dosa." Nauzubillah.