Mohon tunggu...
Rindang Ayu
Rindang Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga mulai menekuni bidang sosial keagamaan

Wanita jawa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Enam Penyakit Hati dan Penyembuhnya

22 November 2020   17:45 Diperbarui: 29 April 2021   15:52 3511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu kita telah mengenal seorang ulama besar yang masyhur bernama Imam Al-Ghazali. Beliau lahir di Persia (Iran) abad ke-5, tepatnya tahun 450 hijriyah. Al-Ghazali merupakan ulama ushul fikih, namun beliau lebih dikenal sebagai ulama tasawuf dan tokoh filsafat Islam. 

Salah satu karya al-Ghazali yang fenomenal adalah kitab "Ihya Ulumuddin" (kebangkitan ilmu agama). Kitab ini membahas banyak hal tentang ruh, jiwa, akal ('aql), nafsu, dan hati (qalb), serta kaidah-kaidah dalam pembersihan hati (qalbun salim) dan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs).

Dialog Murid dan Guru

Dalam bab buku Ihya Ulumuddin yang membahas mengenai penyakit hati, diilustrasikan sebuah dialog antara seorang murid dengan gurunya.

Sang murid bertanya, "Syeikh, bukankah dzikir bisa membuat seseorang lebih dekat dengan Allah dan syaitan akan terusir menjauh darinya?"

"Benar," jawab sang Imam.

"Namun kenapa masih ada orang yang rajin berdzikir tetapi masih sering tergoda oleh syaitan?" lanjut sang Murid.

Gurunya menjawab: "Mengusir syaitan itu seperti mengusir anjing. Kalau kita hardik anjing maka ia akan lari menyingkir. Tapi jika disekitar diri kita masih terdapat banyak sampah tulang belulang, yang merupakan makanan kesukaan anjing maka ia akan datang kembali.

Sang Guru melanjutkan, "Begitu pula halnya dengan dzikir. Syaitan itu sangat menyukai kotoran hati, sebagaimana anjing suka tulang belulang. Orang-orang yang rajin berdzikir tapi masih menyimpan pelbagai kotoran hati dalam dirinya maka syaitan akan terus datang mendekat, bahkan bersahabat dengannya".

Dzikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati seseorang masih banyak kotoran hati, kesukaan syaitan.  Kotoran hati bisa juga disebut dengan penyakit hati.

Penyakit Hati

Penyakit hati dalam Islam bukanlah penyakit hati yang menyangkut kesehatan jasmani seperti penyakit liver, hepatitis, sirosis, dan lain sebagainya. Tetapi penyakit hati disini adalah penyakit dalam aspek ruhani.

Penyakit hati atau penyakit qalbu (bahasa Arab) adalah penyakit atau gangguan yang ada pada qalbu dan perasaan manusia. Penyakit ini bisa mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Apabila hatinya baik atau sehat maka akan baik pula prilaku dan akhlaknya. Namun apabila hatinya rusak atau kotor maka akan buruk pula prilaku dan akhlaknya.

Nabi Saw bersabda, "Alaa wa inna fil jasadi mudghah. Idzaa shaluhat shaluhal jasadu kulluhu, waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu, Alaa wahiyal qalbu." Artinya, ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah qalbu" (HR. Bukhari dan Muslim).

Macam Penyakit Hati

Penyakit hati merupakan sifat atau perbuatan tercela yang dilarang oleh agama Islam, tetapi sangat disukai oleh syaitan. Penyakit hati seringkali tidak disadari oleh orang yang mengindapnya, tetapi mudah dikenali oleh orang lain yang mengenalinya.

Sedikitnya ada enam macam penyakit hati, yaitu (1) sombong, (2) ujub, (3) riya' (4) gibah, (5) iri-dengki, & (6) marah.  Untuk lebih mudah mengingatnya keenam penyakit hati itu disingkat "SUR-GIM", yaitu:  

Pertama, Sombong (takabur).  Sombong adalah perasaan membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Rasulullah bersabda: "Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim). Kondisi yang berpotensi membuat sifat sombong antara lain adalah kekayaan, jabatan, kecantikan, kegagahan, dan kepandaian.

Kedua, Riya' (pamer).  Riya' adalah niatan dalam beramal bukan karena Allah tetapi ingin dipuji orang lain. Riya' merupakan kebalikan dari ikhlas. Seseorang yang melakukan perbuatan amal shaleh karena riya' (tidak ikhlas karena Allah) maka ia tidaklah mendapatkan pahala di sisi Allah.

Ketiga, Ujub (merasa sholeh). Ujub adalah perasaan mengagumi/membanggakan diri sendiri dalam beribadah. Sifat ujub harus dihindari karena sifat ini bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala ibadah seseorang. Ujub juga bisa menjerumuskan seseorang kepada sifat takabur (sombong).

Keempat, Iri-dengki (hasad dan hasud). Iri berarti tidak senang melihat kelebihan orang lain, sedangkan dengki merupakan wujud amarah karena perasaan iri.  Dampak paling besar dari sifat iri-dengki adalah hancurnya tali persaudaraan, serta menimbulkan kebencian dan permusuhan. Dalam Islam kita boleh iri terhadap 2 hal, yaitu orang yang dikaruniai ilmu lalu diamalkan, serta orang yang dikaruniai harta lalu disedekahkan (hadis).

Kelima, Ghibah (bergunjing), yaitu prilaku suka membicarakan aib orang lain untuk tujuan provokasi (kebencian). Berghibah merupakan perbuatan tercela dan berdosa besar. Rasulullah bersabda, "Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,'" (HR At-Thabrani).

Keenam, Ghadab (emosional/pemarah).  Marah menyebabkan seseorang sulit mengontrol diri sehingga menyebabkan daya nalar pikiran tidak dapat berfungsi dengan baik. Orang yang suka marah tidak akan disukai siapapun. Rasulullah SAW bersabda, "Orang kuat bukanlah jagoan dalam bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Tembang Tombo Ati

Ketika penyakit-penyakit hati itu menghinggapi diri seseorang, maka syaitan akan senantiasa datang mendekatinya, dan kemudian mempengaruhi untuk melakukan hal buruk dan tercela yang bisa menghilangkan pahala amal ibadahnya. 

Dengan begitu maka agar syaitan tidak mudah mendekat maka seseorang haruslah membebaskan diri dari berbagai penyakit hati. Kebanyakan para ustadz kita dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa membersihkan penyakit hati dilakukan dengan lima cara, yakni seperti pada syair lagu berjudul "Tombo Ati" atau "Obat Hati" yang dipopulerkan oleh penyanyi Opick.

Pada syair tembang "Tombo Ati" itu disebutkan bahwa obat hati ada lima perkara, yaitu: (1) membaca Al Qur'an; (2) shalat malam; (3) bergaul dengan orang-orang shalih; (4) berpuasa; dan (5) dzikir malam.

Tembang "Tombo Ati" itu konon berasal dari Sunan Bonang, salah satu wali dari "Wali Songo" atau sembilan wali yang sangat mashur di tanah Jawa. Sunan Bonang menggunakan tembang itu sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di tanah Jawa (sekitar abad XV).

Namun penulis berpendapat bahwa lima hal yang disebutkan dalam tembang "Tombo Ati" itu sejatinya merupakan obat pelipur hati bagi orang yang sedang sedih hati, cemas dan gundah gulana. Bukan cara untuk membersihkan atau mengobati hati yang kotor atau rusak.

Cara membersihkan hati kotor 

Untuk menjadikan hati bersih dan terbebas dari penyakit hati, maka kita harus senantiasa membersihkan hati. Setidaknya ada empat cara untuk membersihkan hati yang kotor atau mengobati penyakit hati, yaitu: (1) zuhud, (2) sedekah, (3) ramah, dan (4) istighfar.  

Untuk lebih mudah mengingatnya keempat kiat pembersih hati itu disingkat "Zu-SRI". 

Pertama, Zuhud. Zuhud adalah prilaku hidup sederhana dan tidak materialistik, yakni hidup yg selalu dipenuhi oleh keinginan duniawi. Zuhud juga mencakup sifat rendah hati. Sehingga prilaku zuhud dapat membuat seseorang terbebas dari sifat sombong, takabur, dan iri dengki.

Kedua, Sedekah. Sedekah merupakan rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dengan cara membantu harta untuk meringankan beban ekonomi seseorang. Sedekah akan membangun karakter kasih sayang dan menjauhkan dari sifat tamak.

Ketiga, Ramah. Sikap ramah adalah prilaku terpuji dalam pergaulan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk 3S, yaitu senyum, salam dan sapa terhadap orang lain. Sikap ramah adalah prilaku yang menyenangkan sehingga dapat menarik simpati banyak orang. Sikap ramah akan membebaskan diri dari sifat sombong dan iri dengki.

Keempat, Istighfar. Istighfar adalah kalimat permohonan ampunan kepada Allah.  Istighfar seharusnya dilafalkan secara berulang-ulang dalam satu kegiatan dzikir, yang dilakukan sehabis shalat atau pada saat-saat tertentu di malam hari. Dalam hadis riwayat Bukhari dikatakan bahwa Rasulullah senantiasa beristighfar minimal tujuh puluh kali dalam sehari, meskipun beliau manusia yang terbebas dari kesalahan dan dosa (ma'shum).

Manfaat lain dari dzikir istighfar adalah seperti dalam hadis berikut, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka ,"(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Qalbun Salim

Fungsi hati (qalbu) yang paling utama adalah mengenal Allah atau iman, lalu menggerakkan si pemilik hati untuk mewujudkan keimanannya itu dalam sikap dan perilaku konkret kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itulah maka kita diperintahkan untuk senantiasa membersihkan hati, dengan setidaknya melalui empat cara seperti diatas agar kita mempunyai hati yang bersih (qalbun salim).

Rasulullah Saw bersabda, "At-tagwa ha-huna, takwa itu di sini," sambil menunjuk ke dada tiga kali. (HR. Baihaqi).

Apabila hati kita bersih maka kita akan mudah mengenal Allah, karena syaitan telah menjauh dan tidak mampu lagi menggoda diri kita.  Dengan qalbun salim maka diri kita akan dengan ringan untuk bertakwa kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun