Meski sudah beberapa kali ke Jogja, namun baru ini kali saya berkunjung ke Taman Sari Keraton Ngayogyakarta. Â Sebelumnya tak seorang kawanpun yang merekomennya. Padahal tempat ini merupakan satu diantara beberapa situs peninggalan sejarah Keraton Jogja yang sangat menakjubkan. Terlalu !!! Dan ternyata situs itu benar-benar sangat mengesankan bagi kami sekeluarga, juga bagi para wisatawan manca negara. Bahkan mantan presiden Barack Obama dan keluarganyapun menyempatkan diri mengunjungi situs bersejarah yang unik ini.
Taman Sari Keraton Jogja adalah situs bekas Taman Istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun tahun 1758. Â Situs ini merupakan satu diantara beberapa peninggalan sejarah yang berharga di Keraton Jogja. Â Situs yang mendapat julukan "Water Castle" atau "Istana Air" itu kini jadi lokasi wisata yang ramai dikunjungi masyarakat yang penasaran dengan keunikan arsitektur dan sejarah bangunan itu.
Konon taman keraton ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765. Menempati luas areal lebih dari 10 hektare, taman ini terdiri dari 57 bangunan, berupa berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, lorong bawah air, dan danau buatan beserta pulau buatan.
Konon salah seorang arsitek taman kerajaan ini adalah seorang Portugis bernama Demang Tegis. Ia merancang bangunan ini dengan memadukan arsitektur Jawa dengan Portugis. Â Walaupun secara resmi sebagai taman kerajaan, namun beberapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh.
Gaya arsitektur yang unik menjadi daya tarik utama dari Taman Sari Keraton Yogyakarta. Sehingga meski kondisinya sudah tidak utuh lagi, namun tetap mengundang perhatian para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Meskipun landmark ini merupakan bagian dari bangunan Keraton Yogyakarta, gaya arsitektur yang diusung berbeda dengan bangunan utama, baik dari sisi artistik maupun fungsionalitas, karena Taman Sari lebih tematik dengan menonjolkan baian pemandian yang membuatnya mendapat julukan Water Castle atau Istana Air.
Perbedaan itulah yang membuat para wisatawan yang telah berkunjung ke Keraton Yogyakarta masih merasa belum lengkap sebelum singgah ke Taman Sari, karena apa yang disuguhkan Taman Sari memang berbeda dengan yang ada di Keraton Jogja.
Beberapa obyek di Taman Sri yang tak boleh dilewatkan oleh para wisatawan, diantaranya adalah :
GEDHONG KENONGO (Water Castle)
Pada zaman itu di areal Taman Sari dibuat sebuah danau buatan yang dikenal dengan istilah Segaran. Â Di tengah-tengah Segaran itu dibuat pula sebuah pulau buatan yang dinamakan Pulo Kenongo.
Tempat yang  dulunya merupakan tempat tertinggi di Taman Sari ini di tengahnya didirikan sebuah gedung bernama "Gedhong Kenongo".  Dari anjungan tertinggi Gedhong Kenongo ini orang dapat melihat keseluruhan wilayah keraton dan sekitarnya sampai ke luar benteng Baluwarti.
Dulunya tempat ini merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk menyelamatkan diri menuju terowongan saat terdapat musuh.
Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (2008) bangunan ini tinggal sisa-sisa puing-puingnya saja, namun masih nampak indah dan menjadi daya tarik yang unik.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan Pulo Cemethi. Â Pada pulo ini terdapat sebuah bangunan berlantai dua disebut sebagai "Gedhong Panembung".
Di tempat inilah konon Sultan berkontemplasi dan bermeditasi, memohon kepada Yang Maha Kuasa. Panembung sendiri berasal dari kata nembung, atau memohon. Di bangunan ini terdapat sebuah sumur yang menggantung di atas tanah, sehingga disebut juga Sumur Gumantung.
SUMUR GUMULING (Masjid Bawah Tanah)
Bangunan yang paling dikenal adalah Sumur Gumuling, merupakan suatu tempat ibadah semacam masjid yang berada di bawah tanah dan hanya bisa dicapai melalui terowongan bawah air yang disebut  urung-urung.
Di pusat bangunan ini terdapat empat buah undakan yang bertemu di tengah. Dari pertemuan undakan ini terdapat lagi satu tangga menuju lantai dua. Di bawah pertemuan inilah terdapat kolam kecil yang dulu dipergunakan untuk berwudhu. Â Konon dahulu jika adzan berkumandang di Sumur Gumuling ini akan terdengan di seluruh kota.Â
"Umbul Pasiraman" merupakan kolam pemandian bagi Sultan, permaisuri, para istri selir (garwo ampil), serta para putri-putri raja. Dalam bahasa jawa, umbul berarti kolam, dan pesiraman artinya pemandian.
Kompleks yang sebagian orang menyebutnya dengan "Umbul Binangun" Â itu dikelilingi oleh tembok tinggi. Â Terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur, masing-masing bernama Umbul Kawitan, berfungsi sebagai tempat pemandian para putri raja, Umbul Pamuncar, tempat pemandian istri dan selir raja, serta Umbul Panguras, yang merupakan kolam khusus untuk sang raja.
Sementara bangunan di sayap timur merupakan bangunan untuk istirahat Sultan.  Sedangkan  bangunan  di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir).
Gedhong Sekawan merupakan 4 buah bangunan serupa yang terletak di sebuah halaman bersegi delapan yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa. Â Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Â Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
Gedhong Gapura Agung merupakan pintu gerbang utama Tamansari. Gerbang ini berhiaskan relief burung dan bunga yang merupakan candra sengkala Lajering Kembang Sinesep Peksi. Sengkalan memet tersebut menunjuk tahun pembuatan Tamansari, tahun 1691 Jawa atau tahun 1765 Masehi.
Di balik gapura terdapat tangga yang menuju ke pelataran di atas gedhong. Dari pelataran ini bisa terlihat pemandangan di bawah gapura. Pintu gerbang ini semula berhiaskan patung empat ekor naga yang ekornya saling melilit. Patung ini merupakan sengkalan memet yang berbunyi Catur Naga Rasa Tunggal, merujuk tahun 1684 Jawa sebagai tahun pendirian gapura tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI