Mohon tunggu...
Ririn Fitri Astuti
Ririn Fitri Astuti Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer di koranmandala.com || Learning by Anything || Dummy Transkip Wawancara

Hi! Perkenalkan nama saya Ririn Fitri Astuti. Saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan media online Koran Mandala yang dimiliki oleh Mantan Hakim Agung, Prof. Krisna Harahap. Saya adalah lulusan jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu Universitas di Bandung. Sehari-hari pekerjaan saya menulis artikel/berita dari berbagai topik dan niche. Hobi saya berkebun, illustrator pemula dan sedang melatih stamina menggunakan pedang. Mari saling terhubung dan menjalin relasi yang lebih luas. Salam :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resensi Novel "Perempuan di Titik Nol"

6 Oktober 2017   14:55 Diperbarui: 31 Maret 2022   22:38 9533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Perempuan Di Titik Nol

Penulis : Nawal El-Saadawi

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

Tahun Cetakan : 2006

ISBN : 9794610402

Pertama saya suka buku yang berbau feminisme dan perempuan. Kedua, cover buku ini cukup menyedot perhatian saya. Warna merah yang kental bagai darah dan ilustrasi perempuan yang sedang memeluk lutut. Dan yang ketiga bujuk rayu si penjual buku membuat rasa penasaran saya meningkat. Namun, karena beberapa hal saya tidak sempat membeli buku ini. Sebut saja, kere.Alhasil, saya pulang dengan tangan hampa namun, rasa penasaran ini tetap tak kunjung hilang. Hingga pada suatu hari, di kelas, saya menemukan teman saya membaca buku ini. Betapa senang dan bahagianya karena dia berbaik hati meminjamkan buku ini kepada saya. Yuhuuu. *sedikit cerita*

Novel ini menceritakan seorang perempuan Mesir bernama Firdaus. Firdaus adalah seorang pelacur kelas atas yang divonis hukuman mati akibat membunuh seorang germo atau calo pria. Beberapa orang yang menyadari pembunuhan yang dilakukan Firdaus semata mata untuk melindungi diri, mereka mengusahakan grasi untuknya. Namun, di luar dugaan Firdaus justru menolaknya dan mengatakan bahwa hukuman mati adalah bentuk kebebasan tertinggi. Di antara waktu-waktu hukuman matinya, Firdaus menolak ditemui atau interaksi dari dunia luar.

Novel ini terinspirasi dari riset yang dilakukan oleh Nawal El-Saadawi tentang penyakit saraf di kalangan perempuan Mesir. Lewat novel ini pula Nawal seperti mencoba menggambarkan pelik nya kehidupan perempuan Mesir dari tahun 1970-1980 melalui sosok Firdaus. Kenapa saya sebut pelik? Pada saat itu, perempuan sering kali menjadi objek kekerasan dan pelecehan atas kaum laki-laki seolah menjadi hal yang wajar di kalangan masyarakat Mesir. Sejak kecil Firdaus sering menjadi sasaran pelecehan seksual dari teman-teman dan pamannya --yang seorang Syeikh- bahkan ketika menikah Firdaus acap kali memukulinya tanpa alasan yang jelas.

Dari novel ini, suami selalu memiliki derajat yang lebih tinggi dari istri. Suami boleh melakukan apa saja terhadap istri dan anak-anaknya. Dikisahkan, Ayah Firdaus mampu dengan rakusnya makan sedang istri dan anaknya tidak makan selama beberapa hari. Saat musim dingin tiba, tempat tidur sang Ayah digeser ke dekat perapian sementara anak-anak dan istri justru ke dekat pintu yang dingin.

Pada saat itu, perempuan Mesir hanya boleh mengenyam pendidikan setingkat SMA. Firdaus mengira ia akan diizinkan untuk bekerja dengan ijazah SMA-nya, tapi, ternyata hal itu tidak diizinkan pada akhirnya Firdaus dinikahkan dengan pria berusia lebih dari 60 tahun oleh Paman dan Bibinya. Pria tua itu memang kaya raya, namun pelit dan memiliki penyakit bisul di mukanya. Karena tidak tahan, Firdaus memilih kabur dari rumah. Di perjalanan itu Firdaus bertemu Bayoumi, seorang lelaki yang memperkenalkan Firdaus kepada profesi pelacur. Firdaus merasa dirinya dijajah laki-laki, dia tidak tahan dan memilih kabur. Ia bertemu seorang perempuan yang ternyata seorang germo. Berkat perempuan itu lah Firdaus mengetahui ia memiliki harga tinggi. 

Suatu hari ada seorang Germo yang meminta Firdaus menikahinya. Dengan berat hati ia menyetujuinya. Karena Firdaus merasa tidak menyukai keadaannya saat itu, ia memutuskan kabur. Namun Germo itu sudah ada diambang pintu. Percecokan pun terjadi, mereka saling beradu mulut. Karena rasa geram dan rasa tidak suka terhadap lelaki itu, percecoka terjadi. Merasa terancam lelaki germo mengambil pisau yang ada di dalam sakunya, tetapi Firdaus dengan cepat menangkis dan menancapkan ke leher, dada dan perut si Germo. Lalu Firdaus kabur. Polisi menagkap dan memutuskan Fidaus akan dieksekusi gantung. Sebenarnya Firdaus bisa bebas dengan meminta pengampunan ke Presiden namun Fidaus menolak.

Setiap manusia adalah pelacur demi memenuhi hasrat masing-masing. Begitulah jalan pikiran Firdaus, sosok wanita cerdas namun tertindas laki-laki. Fidaus, merupakan sosok perempuan yang terlahir dari ketidakadilan budaya saat itu. Dimana laki-laki berkuasa atas segalanya.

Kelebihan buku

  • Dapat dibaca dalam waktu singkat
  • Novel yang diangkat dari kisah nyata, membuat sebuah keintiman antara emosi tokoh dengan pembaca.
  • Mengajarkan pembaca untuk lebih menghargai diri sendiri

Kekurangan

  • Bahasanya sulit dimengerti.
  • Terlalu mengenarilisasi kaum pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun