Mohon tunggu...
Rina Wahyu Lestari
Rina Wahyu Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - -Akan Indah Pada Waktunya-

Jalani, Nikmati, syukuri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapakah yang Layak Disebut Santri?

16 November 2021   17:14 Diperbarui: 16 November 2021   17:24 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

22 oktober tepatnya, kini telah diresmikan menjadi Hari Santri Nasional. Terhitung sudah 6 tahun diperingati sejak 2015 pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Enam tahun tergolong waktu yang singkat, namun bukan berarti sebutan "santri" baru saja terdengar ditelinga. Padahal santri telah berperan aktif dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta keutuhan NKRI.

Sebagaimana peringatan hari-hari besar lainnya, Hari Santri diperingati oleh seseorang yang ber-title santri. Seiring berjalannya waktu, makna "santri" sudah mulai bergeser dari makna aslinya. Siapapun yang sedang atau pernah belajar agama di pesantren, dialah yang disebut sebagai seorang santri.

Asal-usul Kata Santri

Menurut pandangan M.Habib Mustopo dalam bukunya, Kebudayaan Islam di Jawa Timur : Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2021), mengatakan bahwa kata "santri" berasal dari bahasa sanskerta. Yaitu sastri  yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca". 

Selain itu, C.C. Berg juga mengungkapkan bahwa istilah santri dalam bahasa india adalah orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu. Pendapat ini didukung oleh Karel A. Steenbrink, sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofir dalam buku Tradisi Pesantren (1985), jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, Pendidikan pesantren mirip dengan tradisi edukasi ala Hindu di India.

Sedangkan dalam kutipan buku  Kiai Juga Manusia:Mengurai Plus Minus Pesantren (2009), istilah "santri" dalam bahasa arab dapat ditelaah dari 4 huruf arab penyusunnya, yaitu sin, nun, ta', dan ro'. 

Masing-masing huruf tersebut memiliki makna tersendiri yang seharusnya tercermin dalam sikap seorang santri. Huruf sin  merujuk pada satrul al'awroh yang artinya "menutup aurat, huruf nun berasal dari istilah na'ibul ulama yang artinya "wakil dari ulama, huruf ta' dari istilah tarkul al ma'ashi yang berarti "meninggalkan kemaksiatan" dan huruf ro' berasal dari istilah ra'isul ummah yang diartikan sebagai pimpinan umat, demikian yang dijelaskan oleh K.H. Abdullah Dimyathy, ulama Pandeglang, Banten.

Paparan Makna Santri

Santri bukan hanya diperuntukkan bagi orng-orang yang berada di pondok pesantren dan mengaji kitab. Namun, santri ialah orang-orang yang mampu meneladani para kiai, begitulah ungkapan dari Wakil presiden RI yang dulu menjabat sebagai Rais 'Aam PBNU, K.H. Ma'ruf Amin. 

Hal serupa juga dipaparkan oleh Ketua Umum PBNU, K.H. Said Aqil Siroj, bahwa santri adalah umat yang menerima ajaran-ajaran islam dari para kiai, dan kiai tersebut belajar dari guru-gurunya hingga terhubung dengan Rasulullah Muhammad SAW atau dengan istilah lain ada sanadnya. 

Selain itu, santri juga merupakan sebutan bagi   seseorang yang yang menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya. Termasuk didalamnya berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama yang baik, serta menghormati dan menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama, kecuali yang bertentangan dengan syariat.

Pendapat lain, Ustadz hari Surasman, Kiai asal Salatiga, mengatakan bahwa identitas seseorang dikatakan santri dalam bahasa arab dapat dijabarkan dari dari 5 huruf, yaitu sin, nun, ta', ro', dan ya'. Pertama, seorang santri harus menjadi saafiqul khoir atau pelopor kebaikan, dimanapun dia berada. 

Kedua,  nun  yaitu naasibul ulama atau penerus ulama karena santri merupakan kader, calon yang kelak digadang menjadi penerus ulama. Kemudian ketiga, huruf ta', seorang santri harus taarikul ma'ashi atau meninggalkan maksiat. Sedangkang huruf ro' dan ya' dijabarkan sebagai syarat utama yang mesti dimiki para santri, yaitu Ridho Allah dan sifat yakin.

Berbagai Macam sebutan Santri

Santri memiliki cakupan makna yang sangat luas, dari berbagai latar belakang maka tercetus beberapa jenis kelompok santri berdasarkan tempat tinggal dan kegiatan, diantaranya: 1) santri mukim, yakni santri yang sudah menetap di lingkungan pesantren, 2) santri kalong, adalah santri yang mengikuti kegiatan pesantren, tetapi tidak menetap di pesantren, 3)Santri kasab, merupakan santri yang memiliki tugas tambahan untuk bekerja menafkahi dirinya dipesantren, 4) Santri Abdi Dalem, yaitu santri yang membantu mengurus pekerjaan rumah tangga Pengasuh pesantren dan keluarganya, dan mungkin banyak lagi sebutan-sebutan santri yang lain. 

Pada dasarnya, sebagaimana yang dikatakan oleh K.H. Musthofa Bisri "Santri bukan hanya yang mondok saja, tetapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah santri". 

Millennial Bicara Santri

Dilansir dari video Youtube oleh akun Santri Mbeling Channel, bahwa 5 huruf abjad santri, menjadi seorang santri dibebani untuk Sanggup, Ajeg, Naruske, Tuntunan, Rasul, Ilahi. Ditinjau dari aspek lain bahwa santri berasal dari 2 suku kata, yaitu san diambil dari bahasa arab ihsan yang artinya kebaikan dan tri berasal dari bahasa jawa sanskerta yang artinya tiga. 

Jadi santri adalah pribadi yang mengandung tiga unsur kebaikan secara terpadu 1) mempunyai akhlak baik kepada Allah, 2) mempunyai akhlak baik terhadap sesama manusia, dan 3) mempunyai akhlak baik terhadap alam semesta. Ihsan dalam bahasa arab, melambangkan agama islam dan tri dalam bahasa jawa sanskerta melambangkan budaya dan tradisi. Jadi seorang santri harus dapat membedakan antara agama, budaya, islam, dan tradisi. Selain itu harus bisa memadukan antara agama islam dan tradisi budaya, tidak mempermasalahkan keduanya. Harus bisa mengislamkan masyarakat dan memasyarakatakan islam, mengislamkan budaya dan membudayakan islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun