Mohon tunggu...
Rina Wijayati
Rina Wijayati Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa Jawa SMKN 3 Salatiga

Guru bahasa Jawa di SMKN 3 Salatiga yang mempunyai hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penerapan Unggah-Ungguh Basa Jawa

1 Agustus 2023   14:05 Diperbarui: 1 Agustus 2023   14:07 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam penerapan unggah ungguh basa, saat ini saya melihat banyak terjadi kemunduruan. Banyak anak-anak sekarang yang tidak mengenal unggah ungguh basa. Hal itu disebabkan karena faktor lingkungan. Masyarakat kurang menyakini bahwa Bahasa memiliki tingkat tutur yang baik. Hal ini berakibat hilang dan jarangnya tingkat tutur  yang diucapkan oleh Masyarakat Jawa. beberapa Berikut sedikit ulasan tentang unggah ungguh basa.

Unggah-Ungguh Basa Jawa yaitu aturan adat masyarakat Jawa perihal sopan santun, tatakrama, tatasusila menggunakan Bahasa Jawa. Pranowo ( 2016:440) memeaparkan bahwa tingkat tutur ataun unggah ungguh adalah tata cara, adat, tata krama, tata Susila menggunakan Bahasa Jawa.

Macam-macam Bahasa Jawa menurut aturan penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu:

A. Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Jawa Ngoko yaitu jenis bahasa jawa yang digunakan untuk berbicara dengan masyarakat umum/ masyarakat biasa.

Bahasa Jawa ngoko dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: ngoko lugu dan ngoko andhap.

1. Ngoko Lugu

Bahasa ngoko lugu fungsinya untuk berbicara atau dialog antara orang tua dengan anak, masyarakat umum pada umumnya atau seorang anak dengan temannya.

a. Orang tua dengan anak
Contoh:
Orang tua dengan anak
Bapak = Le, kapan anggonmu teka?(Ngoko lugu)

b. Sesama masyarakat biasa atau anak dengan temannya
Contoh:
A = Mas Agus, aku mbok ya kok warai  nulis nulis aksara Jawa.

B = ya, mrene tak warai.

2. Ngoko Andhap (Ngoko Halus)

Ngoko andhap atau ngoko halus dibedakan menjadi dua macam, yaitu: antya-basa dan basa-antya.

a. Antya-basa, merupakan bahasa yang digunakan dalam berbicara antara orang tua dengan anak muda yang lebih tinggi pangkatnya atau satu orang dengan orang lain yang sudah erat sekali pertemanannya. Kata "kowe" menjadi "sliramu". Berwujud perpaduan bahasa ngoko dan krama inggil, tidak mengkramakan ater-ater dan panambang.

Contoh:
Ngoko lugu = Kowe apa ora lunga menyang kantor?
Antya-basa = Sliramu apa ora tindak menyang kantor?

b. Basa-antya, yaitu bahasa yang digunakan untuk berbicara antara orang tua dengan anak muda yang lebih tinggi pangkatnya. Kata "kowe" menjadi "panjenengan". Berwujud perpaduan bahasaa ngoko, krama dan krama inggil, tidak mengkramakan ater-ater dan panambang.

Contoh:
Ngoko lugu = Yen kowe wis duwe wektu, mbok ya menehi layang.
Basa-antya = Yen panjenengan wis kagungan wekdal, mbok ya maringi, serat.

Keterangan:
Kata-kata yang tidak dikramakan seperti:
1) kata ganti = iki, iku, apa, sapa, endi, pira, kapan, kepriye, yagene;
2) kata sebab = marang, menyang, saka, nganti, utawa, yen;
3) kata-kata keterangan: saiki, mengko, mau, dhek, seprana, seprene, semono, mangkene, mengkono, isih, wis, durung, arep, lagi, maneh.

B. Bahasa Jawa Madya

Bahasa madya yaitu salah satu unggah-ungguh bahasa Jawa antara bahasa ngoko dan bahasa krama. Bahasa madya berwujud kata madya yang masih bercampur dengan bahasa ngoko atau bahasa krama. Bahasa madya ngoko biasanya digunakan untuk berbicara oleh orang-orang desa di Jawa pada umumnya.

Bahasa madya dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu madya ngoko, madya krama dan madyantara.

1. Bahasa Madya Ngoko

Bahasa madya ngoko yaitu bahasa yang digunakan untuk percakapan antara pedagang dengan sesama pedagang. Kata "aku" menjadi "kula", kata "kowe" menjadi "dika". Berwujud bahasa madya dan ngoko, ater-ater, dan panambang tetap ngoko.

Contoh bahasa Madya Ngoko:
Ngoko lugu = Kowe kok sajak kesusu ngajak mulih aku, ana perlune apa, ta?
Madya ngoko = Dika kok sajak kesusu ngajak mulih kula, onten perlune napa ta?

2. Bahasa Madya Krama

Bahasa madya krama yaitu bahasa percakapan antara istri pejabat dengan suaminya. Berwujud bahasa madya, krama dan krama inggil. Tetapi tidak mengkramakan ater-ater dan panambang.

Contoh bahasa Madya Krama:
Ngoko lugu = Pakne, wayah ngene kok wis arep menyang kantor, apa akeh gawean?
Madya krama = Pakne, wanci ngeten kok empun ajeng tindak tang kantor, napa kathah padamelan?

3. Bahasa Madyantara

Bahasa madyantara yaitu bahasa percakapan antara orang biasa dengan orang biasa, atau petinggi dengan saudara yang lebih rendah pangkatnya. Kata "kowe" menjadi "mang", "samang", atau "sampeyan".

Contoh bahasa Madyantara:
Ngoko Lugu = Kowe rak wis duwe tumbak sing luwih apik, ta?
Madyantara = Sampeyan rak empun duwe tumbak sing luwih apik ta?

C. Bahasa Jawa Krama

Bahasa krama dibedakan menjadi lima golongan, yaitu mudha krama, kramantara, wredha krama, krama inggil, dan krama desa.

1. Bahasa Mudha Krama

Bahasa mudha krama yaitu bahasanya anak muda dengan orang tua, bahasa murid dengan gurunya, bahasa pejabat dengan pejabat. Kata "aku" menjadi "kula", kata "kowe" menjadi "panjenengan". Berwujud bahasa krama dan krama inggil, mengkramakan ater-ater dan panambang.

Contoh bahasa Mudha Krama:
Ngoko andhap = Menawa panjenengane ibu marengake, aku arep ndherek.
Mudha krama = Menawi panjenenganipun ibu marengaken, kula badhe dherek.

Keterangan:
a. Ater-ater = dak diganti kula, ko diganti dipun
b. Panambang = ku diganti kula, mu diganti panjenengan atau sampeyan, e diganti dipun, ake diganti aken

2. Bahasa Kamantara/ Krama Lugu

Bahasa kramantara atau krama lugu yaitu bahasa percakapan antara orang tua dengan orang yang lebih muda, merasa menang status sosial atau pangkat yang lebih tinggi. Kata "aku", menjadi "kula", kata "kowe", menjadi "sampeyan".

Contoh bahasa Kramantara:
Ngoko lugu = Dhek wingi kowe rak wis dak ngerteni, awit aku ora bisa teka sadurunge jam sepuluh.
Kramantara = Kala wingi sampeyan rak sampun kula criyosi, bilih kula boten saged dhateng saderengipun jam sedasa.

Keterangan:
a) Ater-ater = dak diganti kula, koe diganti sampeyan, di diganti dipun
b) Panambang = ku diganti kula, mu diganti sampeyan, e diganti ipun, ake diganti aken

3. Bahasa Wredha Krama

Bahasa wredha krama yaitu bahasa percakapan orang tua dengan orang yang lebih muda. Kata "aku" menjadi "kula", kata "kowe" menjadi "sampeyan". Bahasa wredha krama berwujud kata-kata krama, tetapi ater-ater dan panambang tidak dikramakan.

Contoh bahasa Wredha Krama:
Ngoko lugu = Kowe mangkono wis ora kekurangan apa-apa, bebasan kari mangan karo turu.
Wredha krama = Sampeyan mekaten sampun boten kekirangan punapa-punapa, bebasane kantun nedha kaliyan tilem.

4. Bahasa Krama Inggil

Bahasa krama inggil yaitu bahasa percapakan antara orang tua dengan kaum ningrat, atau orang biasa dengan pejabat/ petinggi, anak muda dengan orang tua. Kata "kula" menjadi "adalem", "abdi-dalem", "kawula", kata "panjenengan" menjadi "panjenengan-dalem". Bahasa krama inggil berwujud bahasa krama semua, seperti bahasa mudha krama.

Contoh bahasa Krama Inggil:
Mudha krama = Sowan kula ing ngarsa panjenengan, perlu nyadhong dhawuh panjenengan.
Krama inggil = Sowan adalem ing ngarsa panjenengan-dalem perlu nyadhong dhawuh panjenengan-dalem.

5. Bahasa Krama Desa

Bahasa krama desa yaitu bahasa percakapan antara orang-orang desa yang biasanya orang-orang tersebut masih buta sastra. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa krama desa, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini:

  • Kata krama atau krama-inggil dikramakan lagi, seperti: nama menjadi nami; sepuh menjadi sepah; tebih menjadi tebah, waja menjadi waos, dst.
  • Menggunakan kata-kata krama-inggil terhadap dirinya sendiri seperti: asta kula, kula paringi, kula dhahar, dst.
  • Menggunakan kata-kata kawi, seperti: yoga sampeyan; nem santun; turangga sampeyan, dst.
  • Sesuai dengan keadaan, seperti: ambetan-duren, pethakan-mori, singetan-pete, samberan-pitik, dst.
  • Sudah mempunyai arti sendiri, seperti: dhekemen-dhele, watesan-semangka, boga-agung, dst.

Contoh bahasa Krama Desa:
Krama desa= Pangestu sampeyan, inggih wilujeng, sowan kula ngaturaken kagungan sampeyan pantun gagi sapunika sampun sepah.
Krama desa: Kula dhawahi walesan, nanging boten cekap, amargi kebenan pejah sedaya.

Keterangan:
1) Kata = aku diganti kula, kowe diganti sampeyan
2) Ater-ater = dak diganti kula, ko diganti sampeyan, di diganti dipun
3) Panambang = ku diganti kula, mu diganti sampeyan, e diganti ipun, ake diganti aken
4) Kata-kata dalam bahasa krama desa diantaranya;
wedi krama desane = wedos
tuwa krama desane = sepah
jagung krama desane = boga, gandum
segelo krama desane = segenten
dhuwit krama desane = yatra
wani krama desane = wantun
Semarang krama desane = Semawis
Boyolali krama desane = Bajulkesupen

D. Bahasa Jawa Kedhaton (Basa Bagongan)

Bahasa kedhaton (basa bagongan) yaitu bahasa percakapan para prajurit dan abdi raja di dalam kerajaan dan didepan petinggi kerajaan. Berwujud kata-kata krama dengan kata-kata bahasa kedhaton. Ater-ater dan panambang, jika yang berbicara itu prajurit dengan prajurit, abdi raja dengan abdi raja, tidak dikramakan. Namun jika abdi raja itu berbicara dengan pangeran-putra, ater-ater dan panambang harus dikramakan.

Perbedaan bahasa kedhaton Surakarta dan Ngayogyakarta:

Ngayogyakarta : Utawa Purusa/wong kapisan (aku), kedhatone manira Madyama Purusa/wong kapindho (kowe), kedhatone pakenira.

Surakarta :
a) Aku bagi para putra-sentana, menjadi mara. Kowe bagi para putra-sentana, menjadi para.
b) Aku bagi para punggawa, menjadi manira. Kowe bagi para punggawa, menjadi pakenira.
c) Aku bagi para panewu-mantri, menjadi kula. Kowe bagi para panewu-mantri, menjadi jengandika.
d) Aku bagi para pujangga, menjadi robaya. Kowe bagi para pujangga, menjadi panten.

Keterangan:
a) Ater-ater = dak diganti manira, ko diganti pakenira, di tetap di
b) Panambang = ku menjadi kula, mu menjadi dalem, e tetap e, ake tetap ake
c) Kata-kata kedhaton diantaranya;
punapa, kedhatone = punapi
iki, kedhatone = puniki
iku, kedhatone = puniku

Contoh:
A = Kala wingi ing griya jengandika punapi wonten tamu?
B = Enggeh, adhi kula angka gangsal saking Ngayogyakarta?
A = Sajake kok wenten damel ingkang wigatos.
B = Boya, namingtuwi besaos, amargi rumaos kangen,sampun lami boya kepanggih.

E. Basa Jawa Kasar

Bahasa jawa kasar yaitu pada umumnya berasal dari kata dalam bahasa ngoko dan kata kasar, merupakan bahasanya orang yang yang sedang marah-marah.

Contoh bahasa Jawa Kasar:
Lha, wong rupamu, pantes karo dhapure, jegosmu ya mung nguntal karo micek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun