" Untung sewaktu terpisah itu Simbok selimutan jarik yang dibatik sendiri itu Zul, yang dipamerin ke kita sebelum berangkat, yang dikasih nama Jarik Sedap Malam..., nah..karena Simbok pake jarik itu jadi Mas Heri gampang temukan Simbok,..Simbok itu meninggalnya masih di atas sajadah tempat Simbok sholat Zul...dengan pakai selimut itu, persis seperti orang yang sedang tidur dan selimutan jarik, di atas sajadah merah yang Kau belikan itu..." Kali ini Marta yang langsung sesegukan...tak kuasa airmatanya langsung tumpah, Zul pun tercekat tak mampu menanggapi dengan kata-kata.
"Assalamualaikum..." suara Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang siap melakukan tahlil menghentikan kenangan indah mereka tentang Simbok, dan mengembalikan kesadaran mereka untuk kembali bergerak, dan tidak menjadi larut dalam kedukaan, seperti yang Simbok katakan, bahwa semua akan mengalami nasib yang sama...yaitu mekar, layu lalu mati.....seperti Bunga Sedap Malam yang hanya sempat mekar, harum, cantik, dan indah semalam.....