Mohon tunggu...
rinawati sucahyo
rinawati sucahyo Mohon Tunggu... -

Lulusan Fakultas Teknik Arsitektur Univ. Katolik Parahyangan Bandung. Sekarang aktif di PNPM Mandiri Perdesaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jarik Sedap Malamnya Simbok

5 Juli 2011   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:54 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Over weight.." sahut Zul tertawa geli

"lhah ya itu..." Mbok Jaenah menunjuk mulut Zul sambil juga menertawakan dirinya.

Derai tawa berdua inilah yang selalu dirindukan Zul, rasa takut kehilangan senda gurau ini kadang menyelimuti sanubarinya. Dirangkulnya Simbok sambil  menikmati  singkong rebus, berdua duduk di kursi kayu panjang, di pawon kuno ndeso yang hanya berlantai tanah.

Tiga bulan berlalu, Simbok dan Mas Heri sudah berangkat haji. Pagi  itu Zul tengah sibuk merawat tanaman mawar dan anggrek kesayangan Simbok. Zul kembali melamun mengingat pesan Simbok untuk segera menikah, dan tak perlu mengingat-ingat Lani kekasihnya sejak SMA, yang nekat ia pacari selama 6 tahun walau berbeda agama.

"Le (Jawa = Nak laki-laki) ...jangan kamu ingat-ingat Lani lagi...yang sudah ya sudah..toh Lani sudah bahagia bersama suami dan anak-anaknya, jodoh itu Gusti Allah yang ngatur Le..kita itu cuma ikhtiar dan nrimo dengan ikhlas...Memang tidak ada gadis persis seperti Lani lagi, tapi semua itu adalah yang terbaik untuk kamu dan Lani Le...percayalah sama Simbok, carilah lagi pendamping yang seiman ya Le..." pesan Mbok Jaenah semalam sebelum berangkat ke asrama haji. Waktu itu Zul tak mampu menjawab apa-apa, dia hanya mengangguk saja.

Tiba-tiba lamunannya terhentak dengan bunyi handphone di sakunya, dengan gelagapan dan hati  girang ketika dilihat nama penelpon, Zul pun buru-buru merespon bunyi dering itu, "Halo, Assalamualaikum...apa kabar Mas Heri..Simbok piye kabare ??"

Heri tak mampu menjawab respon cepat adiknya dia hanya mampu mengatakan "Innalillahi wa inna lillahi rojiun..."

"Masya Allah..Mas...Mas...yang bener Mas..., Mas Heri..Simbok Mas..Mas...Ya Allah....." teriak Zul sangat panik, persendiannya lemas, ia terduduk lunglai di atas rerumputan yang masih dibasahi embun.

Rupanya Heri lebih mampu menceritakan kronologis meninggalnya Simbok kepada Marta, selain ia malu jika ia cengeng di depan istrinya, dia juga tahu betapa Zul menjadi orang yang paling kehilangan karena dia yang selama ini sangat..sangat ..sayang dan perhatian pada Simbok. Bagi Zul Simbok adalah segala-galanya, siapapun akan dilawan demi Simbok. Marta lah yang memberitahu lewat interlokal pagi itu, kepada tetangga-tetangga di rumah Simbok di Semarang, untuk segera menemani Zul, dan membantu mempersiapkan tahlilan mendoakan Simbok selama 7 hari berturut-turut. Sorenya, Marta dan anak-anaknya sudah nampak di rumah duka, ia yang sibuk mengarahkan para tetangga mempersiapkan keperluan tahlilan malam harinya.

"Sudah Zul..ikhlaskan Simbok, itu sudah niat Simbok. Aku minta maaf ya..dulu sempat punya pemikiran Simbok tidak apa-apa berangkat haji sendiri. Untung lukisan Mas Heri ada yang laku, jadi Mas Heri bisa temani Simbok. Kalau semua menuruti kata-kataku, aku pasti jadi orang yang paling merasa berdosa saat ini, maafkan aku ya Zul..." tutur Marta sesaat sebelum tahlilan dimulai. Zulkifli pun mengangguk gontai.

"Oiya Zul..kemarin Simbok itu meninggalnya pas terpisah dengan Mas Heri, jadi pas selesai sholat dhuhur  sebelum Simbok dan Mas Heri menuju Jeddah untuk pulang ke Indonesia. Alhamdulillah Simbok sudah tuntaskan semuanya, Insya Allah Simbok khusnul chotimah Zul..." Sekali lagi Zul cuma mengangguk, nampak matanya tak lagi bening, ada selaput airmata yang menggelanyut dan hampir menetes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun