Mohon tunggu...
Rinawati Acan Nurali
Rinawati Acan Nurali Mohon Tunggu... Penulis - Suka jalan, siap mendengarkan, suka. Suka-suka.

Sebagai warga yang baik, selalu ingin berbagi setidaknya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontestasi Perang Media Masa dalam Pemilihan Kepala Daerah Taliabu: Tantangan dan Dampaknya pada Demokrasi Lokal

14 September 2024   12:18 Diperbarui: 14 September 2024   12:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Kokusang / dokpri

Taliabu saat ini sedang booming dengan berita-berita yang berseliweran di platform media-media sosial. Mulai dari yang ringan hingga yang berat. Mulai dari yang lucu sampai yang membuat tegang. Seperti salah satu contoh saat diterbitkannya berita pasangan muda-mudi yang menikah beda negara hingga berita teramai saat ini pemilihan calon kepala daerah yang terus membanjiri group semua aliran (facebook dan whatsapp).

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan bagian dari proses demokrasi yang sangat penting dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah. Di Kabupaten Pulau Taliabu, Pemilihan Bupati untuk periode 2024-2029 diperkirakan akan menjadi salah satu ajang politik paling dinamis. Salah satu faktor yang berperan besar dalam Pilkada kali ini adalah perang media, di mana para kandidat memanfaatkan berbagai platform media, baik media konvensional maupun media digital, untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat.

Peran Media dalam Politik Lokal

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah lanskap kampanye politik, termasuk di wilayah-wilayah yang lebih terpencil seperti Pulau Taliabu. Media massa, baik televisi, radio, surat kabar, maupun platform digital seperti media sosial, menjadi alat utama para calon bupati dalam menyebarkan visi dan misi mereka. Tidak hanya itu, media juga digunakan untuk memperkuat citra diri kandidat, mengkritik lawan politik, serta membangun narasi yang menguntungkan.

Dalam konteks Taliabu, dengan wilayah yang cukup luas dan akses yang masih terbatas di beberapa daerah, media sosial seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram memiliki peran penting. Masyarakat dapat mengakses informasi secara cepat dan terlibat dalam diskusi politik melalui platform tersebut, menjadikan media sosial sebagai alat komunikasi politik yang efektif dan efisien.

Perang Media: Antara Informasi dan Propaganda

Salah satu ciri khas dari perang media dalam Pilkada adalah munculnya informasi yang beragam, mulai dari yang bersifat informatif hingga yang memuat unsur propaganda. Perang media yang dimaksud bukan hanya soal seberapa banyak informasi yang dipublikasikan, tetapi juga bagaimana informasi tersebut dikemas untuk mempengaruhi persepsi publik.

Di era digital ini, fenomena berita bohong (hoaks) dan kampanye hitam (black campaign) sering kali muncul, terutama di momen-momen politik krusial seperti Pilkada. Para calon bupati dan tim suksesnya seringkali menggunakan teknik-teknik disinformasi untuk menjatuhkan kredibilitas lawan politik. Dalam konteks Taliabu, hoaks bisa sangat merusak, terutama karena akses informasi yang tidak merata di seluruh wilayah dapat membuat masyarakat lebih mudah dipengaruhi oleh berita-berita palsu yang tersebar luas di media sosial.

Dampak Perang Media terhadap Demokrasi Lokal

Perang media dalam pemilihan bupati tentu memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas demokrasi lokal di Taliabu. Di satu sisi, media memberikan ruang bagi masyarakat untuk lebih mengenal para calon pemimpin mereka, serta lebih mudah mengakses informasi terkait proses Pilkada. Namun di sisi lain, jika tidak dikelola dengan baik, media juga dapat menjadi alat untuk memanipulasi opini publik melalui penyebaran hoaks dan kampanye hitam.

Kondisi ini dapat memperkeruh iklim politik lokal, memicu polarisasi di tengah masyarakat, dan bahkan mempengaruhi integritas proses pemilihan itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam menyikapi setiap informasi yang diterima, serta bagi pemerintah dan lembaga penyelenggara pemilu untuk mengambil langkah-langkah preventif dalam memerangi hoaks dan memastikan proses pemilihan yang adil dan transparan.

Upaya Menghadapi Perang Media

Untuk menghadapi dampak negatif perang media, ada beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Literasi Media: Masyarakat Taliabu perlu diberikan edukasi mengenai literasi digital agar dapat membedakan mana informasi yang valid dan mana yang sekadar propaganda atau hoaks. Kampanye literasi ini harus dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, LSM, hingga media lokal.

2. Pengawasan Media: Lembaga seperti Bawaslu dan KPU harus lebih proaktif dalam mengawasi jalannya kampanye di media, baik media konvensional maupun digital, untuk mencegah penyebaran informasi palsu yang dapat merusak kredibilitas proses Pilkada.

3. Transparansi Kampanye: Para calon bupati harus memastikan bahwa kampanye yang mereka lakukan bersifat transparan dan mengutamakan diskusi substantif mengenai program kerja, bukan sekadar permainan citra atau serangan terhadap lawan politik.

Meskipun media dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat, penggunaannya yang tidak bertanggung jawab juga dapat mengancam demokrasi lokal.  Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif untuk menjaga agar media berperan secara positif dan mendukung proses pemilihan yang jujur, adil, dan demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun