Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Sumini dari Lereng Merapi Bagian 3

20 Desember 2012   23:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Halah, sampeyan ki yo podho wae, tunggale."

Lagi-lagi Parno terkekeh. Dicubit pipi Parti. Gemas. Meski sudah tidak muda tapi sisa kecantikan Parti masih terlihat jelas. Tidak ada yang tahu dari mana sebenarnya Parti berasal. Lima belas tahun yang lalu dia datang ke dusun ini. Waktu itu dia datang bersama laki-laki tua yang disebutnya paman. Bersama laki-laki yang meninggal lima tahun lalu itu Parti mendirikan sebuah warung di pinggiran dusun.

"Pijet," kata Parno manja.

Parti mencubit pinggang Parno, membuat laki-laki itu terkekeh menahan geli. Dibiarkan tangan Parno yang mulai melingkar di pinggangnya, membimbingnya masuk ke kamar.

Di lain tempat, Ratih duduk di teras sambil sesekali mengelus-elus perutnya yang besar dengan tangan kirinya. Tangan kanannya tampak memegang selembar kain.

"Nak ayu, ayo masuk. Makan dulu."

"Sebentar," jawab Ratih.

"Masih pagi, ndak baik melamun. Ayo makan dulu, kasihan bayimu."

Dengan enggan Ratih berdiri. Kalau sudah bawa-bawa bayi mau tidak mau dia harus menurut. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan bayinya.

bersambung

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun