"Ayo kang ke dalam saja, sambil tiduran biar cepet ilang pegelnya."
Seperti kerbau dicocok hidungnya Tarjo ikut saja ketika Wati menarik lengannya, mengajaknya masuk ke salah satu kamar yang ada di warung. Pandangan Parti mengikuti langkah mereka berdua, masih dengan senyum merekah di bibir.
"Mana den Tarjo?"
Seorang laki-laki tua tiba-tiba saja muncul sambil tergopoh-gopoh.
"Hush, jangan keras-keras. Itu," kata Parti sambil menunjuk ke tirai pintu.
"Hehehe..."
Laki-laki yang ternyata Parno itu terkekeh, memperlihatkan barisan giginya yang nyaris hitam semua.
"Kamu dari mana tho kang? Untung masih bisa dirayu, lha kalau ndak lak bisa bahaya."
"Aku yo mumet ini Ti. Den Tarjo itu lak sedang gandrung sama Sumini, lha anaknya ndak mau. Wes jan, pusing aku."
"Oalah, pantas saja mukanya kayak gitu. Wong lanang yen wes duwe karep yo kaya ngono kuwi," kata Parti.
"Ndak semua. Buktinya aku ndak tho, sik setia karo kowe."