"Diminum dulu kopinya, den bagus. Pagi-pagi kok sudah cemberut?"
"Yang lain, aku lagi ndak kepingin kopi."
"Ya sudah, biar saya ganti minumannya. Wat, sini nduk ayu, temeni kakangmu ini."
Yang dipanggil langsung menunduk sambil berjalan mendekat. Tarjo mengangkat salah satu kakinya ke atas bangku kayu. Kesal di dadanya mengingat penolakan Sumini belum juga hilang.
"Mau dipijit, kang?" tanya perempuan yang dipanggil Wat tadi.
Tarjo diam tapi tak menolak ketika perlahan tangan perempuan muda itu memijit pundaknya. Perempuan setengah baya yang tadi menemani Tarjo datang sambil membawa minuman dalam cawan.
"Mana Parno?" tanya Tarjo padanya.
"Masih ke belakang. Ini diminum dulu."
Tarjo menerima cawan minuman yang diberikan padanya lalu langsung meneguk isinya hingga habis. Air menetes dari kedua sisi bibirnya. Perempuan di depannya tersenyum manis. Perempuan yang tak lain adalah Parti, pemilik warung itu masih tegak berdiri di tempatnya. Menghadapi laki-laki seperti Tarjo sudah biasa baginya.
"Wat, mbok kangmasmu diajak masuk ke dalem, biar enak mijitnya," kata Parti.
Yang diajak bicara langsung tanggap.