Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Sumini dari Lereng Merapi Bagian 2

14 Desember 2012   01:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:42 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kangmas..." rintih Ratih pelan, minta dikasihani.

Dengan berat hati Arya meninggalkan rumahnya. Arya harus segera bergabung dengan pemuda-pemuda desanya. Ratih mengikuti suaminya dengan tangis yang kembali meledak. Ibu mertuanya mengikuti sambil menuntunnya. Isak tangis para orang tua, istri juga anak-anak mengiringi para laki-laki yang akan segera dikirim ke medan perang. Tidak akan ada yang tahu nasib mereka nanti. Mereka tahu saat ini bisa jadi saat terakhir melihat suami, bapak atau anak-anak mereka.

Ratih tak kuasa lagi menyangga tubuhnya. Seolah semua tulang yang menyangga tubuhnya patah. Bapak mertuanya langsung menyongsong perempuan muda itu kembali masuk ke rumah.

"Kangmas...."

Di tempat lain, seorang perempuan muda tampak bercanda dengan beberapa teman perempuannya. Sesekali dia mencipratkan air sambil menggosok baju-baju yang sedang dia cuci. Gelak tawa membahana manakala cipratannya itu mengenai wajah salah satu teman perempuannya.

"Nakal kowe Sum."

"Ora nangis yu, ngunu ae kok wis arep nangis. Ndak ilang ngko ayune," kata perempuan yang dipanggil Sum itu.

Perempuan-perempuan yang lain tertawa. Malah mereka ikut-ikutan mencipratkan air ke perempuan tadi. Bukannya kesal perempuan tadi langsung tergelak dan terjadilah perang air.

"Ayo lawan aku semua, ojo dipikir aku ora wani," kata perempuan itu pura-pura marah.

Tanpa mereka sadari dari kejauhan sepasang mata sedang mengawasi mereka.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun