Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Sempu, Surga Kecil di Malang Selatan

4 September 2012   23:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:55 21580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari cerita seorang teman kemping di tempat ini menyeramkan. Hutan lebat yang jarang terjamah dengan binatang buas juga "makhluk lain" menambah cerita tentang pulau ini. Tidak yang kami jumpai sore itu. Beberapa tenda sudah berdiri ketika aku dan temanku sampai di Segara Anakan. Beberapa orang juga asyik mengambil foto dan bermain air. Semakin sore semakin banyak yang berdatangan untuk kemping. Satu-satunya yang menyeramkan yang kami temui di sana adalah sampah-sampah yang berserakan, kotor.

[caption id="attachment_197242" align="aligncenter" width="640" caption="Pantai Pasir Panjang (foto oleh Rina, dok. pribadi)"]

13468012231604837542
13468012231604837542
[/caption]

[caption id="attachment_197243" align="aligncenter" width="426" caption="Panjat tebing (foto oleh Yula, dok. pribadi)"]

13468012862135942988
13468012862135942988
[/caption]

[caption id="attachment_197244" align="aligncenter" width="640" caption="Hampir terbenam (foto oleh Yula, dok. pribadi)"]

1346801323153510822
1346801323153510822
[/caption]

[caption id="attachment_197245" align="aligncenter" width="640" caption="Bulan malam itu (foto oleh Yula, dok. pribadi)"]

13468013741476253199
13468013741476253199
[/caption]

Tak hanya ingin di Segara Anakan, setelah mendirikan tenda aku dan temanku melanjutkan trekking mencari pantai lain. Pantai Pasir Panjang, begitu namanya. Pantainya mengingatkanku pada pantai-pantai di Gunung Kidul, Jogjakarta. Pasirnya putih, airnya terlihat hijau jernih, bertambah indah dengan langit biru serta awan putih di atasnya. Menjelang matahari terbenam, temanku mengajak naik ke tebing karang. Jangan ditiru karena selain tidak memakai pengaman masuk area ini memang dilarang, berbahaya begitu seperti tertulis di sebuah papan kayu.

Selesai menyaksikan matahari terbenam dari atas tebing kami pun kembali turun untuk menyiapkan makanan. Tenda depan yang membawa bekal cukup banyak tampak sedang membakar ikan segar. Aku dan temanku cukup mie instan saja ditambah satu dua potong roti dan teh panas. Malam ketika bulan mulai menampakkan dirinya kami memilih menggelar sleeping bag di depan laguna, mendengarkan musik dari telepon genggam serta celoteh anak-anak yang kemping.

Pagi, matahari terbit tak terlihat dari tempat kami kemping. Tenda-tenda sebelah sudah ramai. Beberapa anak tampak berenang di laguna. Air laut yang pasang masuk ke laguna lewat karang yang berlubang atau Karang Bolong membuat air yang tadinya surut melimpah. Selesai sarapan, kami pun tak sabar untuk berenang. Air yang jernih, terlihat hijau, dingin menyentuh kulit begitu kumasukkan kakiku. Ikan-ikan kecil juga besar terlihat jelas, berenang bebas bersama kami. Karena tak pandai berenang temanku menyarankanku untuk meniti karang saja. Sebagian tubuhku di air kecuali kepala dengan tangan berpegangan pada karang. Sakit karena karang yang tajam tak mengurangi semangatku menuju Karang Bolong. Apalagi ikan-ikan di bawah yang cantik mengiringi. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

[caption id="attachment_197246" align="aligncenter" width="640" caption="Lompat (foto oleh Rina, dok. pribadi)"]

13468014471743555270
13468014471743555270
[/caption]

[caption id="attachment_197247" align="aligncenter" width="640" caption="Ikan (foto oleh Rina, dok. pribadi)"]

13468014831464601079
13468014831464601079
[/caption]

[caption id="attachment_197248" align="aligncenter" width="640" caption="Karang Bolong (foto oleh Rina, dok. pribadi)"]

13468015171683374760
13468015171683374760
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun