Kruk!
Ardi mengelus perutnya sebentar. Sejak pagi perutnya itu memang belum terisi nasi. Segelas air putih dan sepotong singkong rebus sisa semalam sebagai penganjal perutnya pagi tadi.
"Hei kamu, sini!"
Ardi menoleh, mencari arah suara yang memanggilnya.
"Saya Kak?" tanyanya sambil menunjuk dirinya.
"Iya kamu, sini."
Bergegas Ardi berdiri sambil tak lupa meraih kotak semirnya. Seorang perempuan, masih muda, tampak berdiri di sebelah mobil merah mengkilat yang di parkir di pinggir jalan. Perempuan seperti itu sering dilihatnya, banyak disini. Kampus semegah ini tentunya berisi orang-orang seperti perempuan itu, cantik-cantik juga kaya tentunya. Ardi terus melangkah dengan mata berbinar. Rejeki, batinnya.
"Kasihan sekali kamu," kata perempuan muda itu begitu Ardi sudah berada di depannya.
Senyum Ardi yang tadi mengembang mulai sirna.
"Mau disemir sepatunya Kak?" tanya Ardi.
Tak menjawab pertanyaan Ardi, perempuan muda itu justru membuka tasnya dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari dompet.