"Maju kalian semua, aku tidak takut!" teriak Ranger Pink.
Para musuh yang sedang dihadapinya tampak saling berpandangan. Tak ada suara tapi sepertinya mereka sepakat untuk menyerang bersamaan. Jadilah sebuah pertempuran yang sangat seru juga sengit. Tidak imbang, Ranger Pink harus melawan empat orang sekaligus tapi meski begitu tak terlihat pahlawan pembela kebenaran dan keadilan yang digilai banyak orang itu kewalahan. Pemandangan yang sangat ganjil sebenarnya jika melihat siapa yang sedang dia hadapi. Saat ini Ranger Pink sedang berhadapan dengan teman-temannya sendiri, para ranger.
Merasa sama-sama capek, para ranger yang sebenarnya adalah rekan setim dalam menciptakan keamanan dan perdamaian dunia, mereka pun menghentikan serangan.
"Bagaimana Ranger Hijau, apakah kamu menyerah?"
"Tidak akan," jawab Ranger Hijau sambil membetulkan nafasnya yang sudah ngos-ngosan.
"Kau, Ranger Biru, apakah tak juga ingin menyerah? Seharusnya kau malu, sebagai ranger tertua harusnya kau bisa menjadi panutan. Aku sangat kecewa dengan sikapmu."
"Aku memang tua tapi aku juga berhak bahagia, aku ingin bersenang-senang. Selama ini aku harus menyelamatkan manusia sampai tak punya waktu untuk diriku sendiri. Sekarang adalah saat yang tepat, kuharap kau tidak menghalangi Ranger Pink. Kalau kau mau dengan senang hati kami akan menerimamu," jawab Ranger Biru yang karena terkena pukulan rambut berubannya muncul dari balik helmnya.
"Tidak, aku tidak seperti kalian. Kau juga Zordon, kau tak lebih baik dari mereka. Apa kau tidak malu dengan gundulmu. Lupakah kau dulu ketika berjanji di depan makam nenek moyangmu kalau kau akan terus berjuang?"
"Berani sekali kau membawa nenek moyangku. Jangan campuri urusanku, sekarang kita sudah memilih jalan yang berbeda dan itu artinya kau adalah musuh, kau harus dimusnahkan," ancam Zordon.
Suasana kembali tegang. Masing-masing pihak masih siaga di posisinya meski belum ada tanda akan menyerang.