Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Iblis Jatuh Cinta

6 Desember 2016   23:19 Diperbarui: 1 April 2017   08:48 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alphacoders.com

“Hai Cencz, kau tak ikut rapat di ujung sana?”

Malaikat itu menarik sayapnya lalu menunjuk ke arah neraka dasar. Ia lengkungkan senyumnya menyambutku dengan ramah. Sangat manis, pikirku penuh nafsu.

“Sayang sekali, pemujaan mereka telah selesai. Aku harus pergi. See yah!” Aku membalikkan badan menuju ruang rapat setelah dengung pemujaan terhenti.

Kubungkukkan tubuhku pelan dengan sayap yang terangkat rendah ke depan sebagai wujud penghormatanku pada Ketua Dewan dan yang mereka puja. Ketua dewan menatapku penuh gairah atas kesalahanku barusan, mungkin ia akan menghisap lima puluh tahun kekekalanku atau memberhentikanku untuk sementara waktu.

All eyes on me, aku menyadari itu. Mereka mendekat padaku bersamaan dan memandang resah ke tubuhku, kecuali Hanzer.

“Kau yakin Cencz? Jadi ini bentuk tubuhmu yang baru?” Heall sang ketua Divisi Penyiksaan memandangku tak percaya setelah sebulan tak bertemu. Matanya berkedip beberapa kali, cakarnya akan menjamah kulit lenturku untuk memastikan “Akulah Cenczio, yang sekarang menyandang gelar Ketua Divisi Eksploitasi Seksual.Memang sudah seharusnya aku menggunakan bentuk tubuh sintal seperti ini.” untungnya Ketua Dewan berdehem panjang sebelum Heall benar-benar menyentuhku.

Seluruhnya kembali ke tempat duduk dengan meja membundar dan Mic Conference dari api telah tersedia di depan dada masing-masing. Api pengeras suara itu akan menyala-nyala setiap kali salah satu dari kami terpilih untuk memberikan pendapat.

“Apa yang kau lakukan sebelum dua menit dua puluh lima detik setengah yang lalu?” Mata Ketua Dewan yang merah tiba-tiba menghitam menjelajahi wajahku. Kata-katanya bagian dari percikan amarah.

Mic-ku telah menyala, semakin membesar saat sebelas detik berlalu dan aku belum memberikan jawaban. Seluruh kepala iblis itu menggeleng pelan, menatapku penuh kecurigaan.

“Mencakar awan untuk menurunkan hujan, Sir.” Seketika itu juga seluruh mata berubah hitam, kecuali Hanzer. Lelaki itu berdiri, mungkin akan menjadi pelindungku seperti tahun-tahun kemarin.

“Itu memang melawan ketetapan langit. Mohon tenang, dia hanya iblis wanita yang sedang jatuh cinta.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun