"Ini Susan, ketua organisasi XBMI saat ini."
Demikianlah Li mengenalkanku pada seorang wanita berkulit coklat dengan rambut hitam lebat sebawah pundak. Wanita itu tersenyum hanya beberapa detik saat Li masih memandangnya, dan selebihnya - senyum itu beralih menjadi paruh elang dengan mata gesit yang siap menerkam mangsa. Aku mengabaikannya, setidaknya untuk kesan baikku dihari pertama bertemu dengannya.
Li membawaku ke sebuah ruangan dimana ada empat wanita yang duduk di kursi-kursi mengelilingi meja yang melingkar. Ruangan itu tak terlalu luas, namun penuh sesak dengan rak-rak buku yang berjajar di pinggiran tembok. Li menyuruhku duduk dan berkenalan dengan wanita-wanita itu.Â
Sama sepertiku dibeberapa waktu sebelumnya, mereka adalah kaum buruh yang saat itu sedang tertindas oleh cemas dan berharap di pintu batas wajar. Aku memahami mereka melalui wajah-wajah pasi dengan airmata yang sedikit menggenang dan siap menetes kapan saja. Aku tak perlu mendengar banyak kisahnya untuk memahami sesemrawut apa hati wanita-wanita itu.
"Lily, kamu bisa membantu mereka untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Biar kasus ini dapat terselesaikan secepatnya."
Aku mengerti maksud Li, lelaki setengah gemuk dengan wajah bulat dan mata sipit yang duduk di sampingku itu sebagai organizer dari sebuah organisasi pekerja terbesar di Hong Kong. Itulah mengapa dia membawa wanita-wanita itu datang kemari. Kurang lebihnya sama sepertiku setahun yang lalu, lelaki itu yang akan menuntun mereka menuju ruang mediasi sebelum persidangan, bahkan sampai kasus itu benar-benar rampung.Â
Tugas semacam itu bukan tugas yang mudah, itu sebabnya dia memperoleh bayaran yang impas. Bukan dari gaji yang tinggi atau uang suap dari wanita-wanita itu. Berdasar banyaknya kasus yang telah diselesaikannya ia dapat menghadiri pertemuan dari wakil organisasi pekerja dari berbagai penjuru dunia. Seperti konferensi ketenagakerjaan - ILO di Bali bulan Agustus lalu.
"Biar aku saja, Li."
Tanpa meminta persetujuan Li, Susan duduk di samping kiri Li lalu membuka laptop hitamnya. Aku yang paham maksudnya - segera berdiri dan mengembalikan kursi itu di tempat semula.
"Susan, biar Lily saja yang menerjemahkannya."
"Tidak perlu, aku sudah menanyai mereka semua dan menyalin kasus mereka ke dalam bahasa Inggris."