"Maksudnya Mas?"
"Aku bunuh dia untukmu, Dek."
Lelaki itu menangis dengan tangan yang masih memelukku. Dari tangisnya aku tak bisa memilih apakah itu penyesalan, ataukah itu ketakutan. Aku mengurungkan niat untuk menjadi yang sesudah wanitanya. Sesudahnya itu untuk sebuah rumah tangga, atau sesudahnya karena aku dibubuhi sianida. Aku tak mengerti dengan lelaki itu. Apakah aku harus berlari, ataukah aku harus berdiam di pelukan ini. Jika salah, aku akan dibunuhnya setelah ranjang ini selesai.
"Aku lebih mencintaimu daripada cintanya padaku, Dek."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H