Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sudah, Mati Saja Aku Mas

15 Agustus 2016   15:47 Diperbarui: 15 Agustus 2016   18:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini aku duduk dengan camilan dan laptop di atas mejaku. Seperti biasa, tangan mengimbangi otak untuk menuliskan kata demi kata hingga tersusun rapi menjadi paragraf. Jujur aku belum sarapan karena aku sibuk pagi ini, tadi bangun kesiangan dan beberapa tulisan harus aku selesaikan hari ini juga. 

Tak lama berselang hpku berbunyi, ada pesan masuk melalui aplikasi Whatsapp. Berisi... Sebentar, aku belum sarapan loh ya...

Isinya sebuah gambar badan yang remuk, dagingnya sedikit terbuka dan tulangnya yang putih kemerahan bercampur darah tergeletak diatas beton di bawah apartemen. Cipratan darah segar terlihat belum mengering di sekitar tubuh yang tak bernyawa itu. Di pesan itu tertulis wanita tersebut bunuh diri dengan melompat dari lantai sekian, entah sudah berapa banyak TKI Hong Kong yang tewas karena hal semacam ini. Yang jelas camilan di atas meja buru-buru aku kemas dan aku masukkan ke dalam kulkas kembali. Sudah, sarapan gambar itu saja sudah kenyang.

Masalah Ini dan Itu

Setiap orang hidup di dunia ini tak akan lepas dari masalah. Jangankan yang masih hidup, nanti setelah mati pun katanya kita masih akan bermasalah dengan surga atau neraka. Kenapa harus menghindari masalah dengan menambah masalah? Dengan cara seperti itu, tentu membebaskan yang bersangkutan dari satu masalah, namun menambah masalah bagi orang lain yang disekitarnya. Majikannya pasti akan sibuk berurusan dengan polisi, memberikan keterangan ini dan itu. Keluarganya pasti akan sibuk dengan pertanyaan dari para tetangga hingga menunggu jenazah yang bersangkutan dipulangkan. Belum lagi majikan yang harus menunggu asisten rumah tangga yang baru dan butuh waktu sekian bulan. Tentu akan menyusahkan orang-orang di sekitarnya.

Sebenarnya semua masalah itu sama. Hanya kadar penerimaan kita saja yang membedakannya. Contoh, si A memiliki hutang 100 juta di bank karena suaminya dulu suka judi, lalu dia berpisah dengan suaminya karena suaminya selingkuh. Sedang di rumah orangtuanya sudah tak mau lagi menerimanya, dia justru mengambil langkah maju, menyikapi semua keadaan dengan pikiran positif dan menerima kenyataan bahwa apa yang terjadi hanya cara Tuhan untuk menguatkan kakinya. Kedepannya ia akan menjadi wanita yang lebih tegar. Menjadikan masalah sebagai sebuah pelajaran untuk berjuang, bukan sebagai sesuatu untuk dihindari. Dari hari itu dia siap melanjutkan hidupnya.

Sedang si B, dia mendapati suaminya selingkuh. Tanpa banyak pertimbangan, buka jendela apartemen, lalu meloncat tanpa parasit. Ini bukan cerita Rapunzel, di bawah sana tak ada pangeran yang siap menangkapnya, yang ada justru beton keras yang siap meremukkan tulangnya. Jika si A adalah orang yang nekat seperti si B, mungkin di luar sana sudah banyak si A yang lain berkali-kali terjun dari apartemennya masing-masing. Belum tentu masalah yang kita hadapi lebih parah dibanding masalah yang orang lain hadapi. Jika orang lain bisa bangkit kenapa kita tidak?

Lupa Tujuan Hidup

Tujuan hidup dengan tujuan Tuhan menghidupkan kita terkadang memang tidaklah sama. Jika dalam sebuah agama ada ayat yang menegaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah faktanya manusia sering mengutamakan hal lain daripada ibadah yang tak harus dua puluh empat jam, sebenarnya. Semua orang memiliki cita-cita dan tujuan ke depannya. Jika masalah dapat membuat kita melupakan cita-cita kita, serius ingin sukses? Serius mau maju? Serius ngga?

Tak Punya Pegangan yang Kuat

Pegangan yang kuat bukan berarti harus pegangan sama tiang listrik di dekat balai desa. Cukup dengan hati yang kuat dan pendirian yang kuat dengan agama yang mendasarinya. Apapun agama yang dianut, pastilah semua agama melarang hamba-Nya untuk bunuh diri (kecuali tradisi untuk mati bakar diri saat suami dikremasi, seperti di India). Jika seseorang berpegang teguh pada agamanya tak mungkin ia akan menyia-nyiakan nyawanya hanya untuk terjun bebas, bahkan kadang meminum cairan mematikan, entah itu oli bekas, bensin, solar, maupun pestisida.

Bunuh Diri Cara Terbaik

Saking asyiknya berandai-andai menjadi Rapunzel yang akan ditangkap oleh pangeran setelah melompat dari jendela apartemen, atau mungkin ingin seorang pangeran menciumnya setelah ia minum pestisida atau oli bekas (sambil bilang,'Sudah mati saja aku Mas...'), sebenarnya bunuh diri bukan cara yang terbaik. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan, misal lompat tali agar badan sehat, dan minum susu dua gelas per hari agar tidak mudah sakit. Dengan cara itu mungkin hidupnya akan lebih berarti lagi.

Jadikan Pelajaran

Dari sekian banyak kasus bunuh diri yang menimpa TKI, banyak pelajaran yang dapat kita ambil. TKI adalah manusia biasa yang terkadang bisa lupa. Sebagai keluarga yang baik sebaiknya kita selalu menjadi tempat yang nyaman jika mempunyai keluarga yang bekerja di luar negeri sebagai TKI. Menjadi pendengar yang baik jika keluarga tersebut berkeluh kesah dan jangan menambah persoalan-persoalan baru. Toh mereka bekerja untuk keluarga juga kan. 

Bagi pemerintah, TKI tak hanya mendapat masalah dari majikan adakalanya ia harus memutar balik otak karena disaat yang sama juga mendapat masalah dari keluarga. Jangan bebani TKI dengan terlalu banyak embel-embel. Khususnya overcharging sebaiknya secepatnya dihentikan agar dapat meringankan beban yang ditanggung oleh para TKI. 

Bagi para TKI, ingat lagi ke tujuan awal bekerja. Jika sampai di Hong Kong hanya ingin bunuh diri sebaiknya tidak usah pergi ke Hong Kong. Tak hanya menyusahkan keluarga, namun juga membuat nama tenaga kerja Indonesia semakin buruk. Dengan mudahnya orang dari negara lain akan bilang, "Orang Indonesia pikirannya sempit. Banyak yang mati bunuh diri."

Nah lo, "orang Indonesia" lagi kan yang kena, kalau sudah begini salah siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun