Bunuh Diri Cara Terbaik
Saking asyiknya berandai-andai menjadi Rapunzel yang akan ditangkap oleh pangeran setelah melompat dari jendela apartemen, atau mungkin ingin seorang pangeran menciumnya setelah ia minum pestisida atau oli bekas (sambil bilang,'Sudah mati saja aku Mas...'), sebenarnya bunuh diri bukan cara yang terbaik. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan, misal lompat tali agar badan sehat, dan minum susu dua gelas per hari agar tidak mudah sakit. Dengan cara itu mungkin hidupnya akan lebih berarti lagi.
Jadikan Pelajaran
Dari sekian banyak kasus bunuh diri yang menimpa TKI, banyak pelajaran yang dapat kita ambil. TKI adalah manusia biasa yang terkadang bisa lupa. Sebagai keluarga yang baik sebaiknya kita selalu menjadi tempat yang nyaman jika mempunyai keluarga yang bekerja di luar negeri sebagai TKI. Menjadi pendengar yang baik jika keluarga tersebut berkeluh kesah dan jangan menambah persoalan-persoalan baru. Toh mereka bekerja untuk keluarga juga kan.Â
Bagi pemerintah, TKI tak hanya mendapat masalah dari majikan adakalanya ia harus memutar balik otak karena disaat yang sama juga mendapat masalah dari keluarga. Jangan bebani TKI dengan terlalu banyak embel-embel. Khususnya overcharging sebaiknya secepatnya dihentikan agar dapat meringankan beban yang ditanggung oleh para TKI.Â
Bagi para TKI, ingat lagi ke tujuan awal bekerja. Jika sampai di Hong Kong hanya ingin bunuh diri sebaiknya tidak usah pergi ke Hong Kong. Tak hanya menyusahkan keluarga, namun juga membuat nama tenaga kerja Indonesia semakin buruk. Dengan mudahnya orang dari negara lain akan bilang, "Orang Indonesia pikirannya sempit. Banyak yang mati bunuh diri."
Nah lo, "orang Indonesia" lagi kan yang kena, kalau sudah begini salah siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H