Mohon tunggu...
Rina Susanti
Rina Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mama dua anak, penulis lepas dan blogger. www.rinasusanti.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kualitas Udara Buruk dan Dampaknya bagi Kesehatan

13 Agustus 2023   16:08 Diperbarui: 14 Agustus 2023   16:17 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari kompas.id

Kualitas udara buruk dan dampaknya bagi kesehatan

Kualitas udara Jakarta terburuk di dunia

Berdasarkan data QAir tahun 2022, Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan polusi udara terburuk di dunia dan menduduki peringkat nomor 26. Dan pertengahan tahun ini polusi udara dinyatakan paling buruk bahkan ada momen 10 jam udara terburuk Juli 2023 di susul Tangerang Selatan, data ini berdasarkan aplikasi pemantau kualitas udara, Nafas Indonesia.  Tanggal 6 Agustus 2023 tingkat polusi tidak sehat dengan Air Quality Index (AQI) berada di 161 dengan konsentrasi 8.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO). Bahkan minggu pagi ini  kualitas udara Jakarta kembali menempati urutan 1 di dunia sebagai kota dengan kualitas udara terburuk.

Buruknya kualitas udara di Jakarta masih menjadi headline berita beberapa hari terakhir. Keadaan ini tentu sangat berdampak bagi kesehatan. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun jadi mudah terserang ISPA, infeksi saluran pernafasan atas. Orang tua yang memiliki anak asma khawatir karena salah satu pemicu asma adalah polusi udara. 

Kementerian kesehatan menyebutkan."Ada sejumlah penyakit respirasi yang diakibatkan polusi udara dengan prevalensi tinggi. Polusi udara menyumbang  15-30%, ungkap menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan tertulis beberapa pekan lalu.

Sumber gambar kompas.id
Sumber gambar kompas.id

Faktor resiko polusi udara terhadap penyakit asma adalah 27,95% dan berdasarkan Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators asma termasuk dalam lima penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia, selain penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pneumonia, kanker paru dan tuberkolosis.

Data tersebut menunjukkan bahwa asma memiliki 477 kejadian per 100 ribu orang dengan 455 kematian. Di Indonesia sendiri penyakit asma juga masuk ke dalam salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar.

Kendalikan asma

Penyakit asma tidak bisa disembuhkan tapi dapat dikendalikan dengan melakukan pola hidup CERDIK (cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, istirahat cukup dan kelola stress dengan baik). Selain mengkonsumsi obat asma secara teratur dan mencegah terpapar hal-hal yang bisa menyebabkan kambuhnya serangan asma.

Menurut Menteri Kesehatan anggran yang ditanggung untuk penyakit asma memiliki kecenderungan naik setipa tahun jika tidak terkendali dengan baik. Selama periode 2018-2022 pengobatan asma melalui BPJS kesehatan setidaknya telah menelan biaya anggran sebesar Rp 1.4 trilliun.

Dalam wawancara terpisah dr. Budhi Antariksa SpP (K) Ketua Pokja Asma dan PPOK dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan bahwa polusi udara memang bisa menjadi salah satu pencetus yang membuat penyakit asma kambuh. Hal ini juga cukup mengkhawatirkan dimana prevalensi penyandang asma di Indonesia pertahun 2022  mencapai 7% atau 18 juta orang."Asma adalah penyakit penyempitan saluran nafas karena ada pencetusnya. Dari luar dari polusi udara, asap rokok hingga stress yang merupakan faktor yang harus dikontrol," kata dr. Budi.

Peran puskesmas

Puskesmas perlu ditingkatkan sebagai lini pertama untuk diagnose dan pengobatan asma agar pasien dapat mengendalikan penyakit asma dengan baik sejak dini karena asma merupakan bagian dari 144 diagnosa penyakit yang dapat ditangani di Puskesmas , sesuai dengan kompetensi dasar Dokter Umum.

Berdasarkan Standar Kompetisi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, penyakit asma masuk kedalam tingkat Kemampuan 4A dimana lulusan dokter mampu membuat diagnose klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas Dokter umum punya kompetensi, diagnose, bagaimana kontrol asma gejala hingga pemeriksaan,"ujarnya lagi.

Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan biaya pengobatan asma tinggi adalah akses obat di tingkat Puskesmas yang masih dalam bentuk obat oral tanpa inhalasi pengontrol yang sesuai. Tanpa obat pengontrol asma, pasien asma memiliki resiko mengalami eksarsebasi atau serangan asma. Problemnya adalah biaya penanganan asma bisa menjadi mahal, karena lebih dari 57,5% pasien asma mengalami kekambuhan serangan asma dan datang ke Rumah Sakit pada saat kondisi mereka sudah dalam keadaan tidak terkontrol.

Salah satu daerah yang memiliki akses Layanan Kesehatan bagi penderita asma adalah kota Bandung. Lewat program PESAT (Pelayanan Asma Terpadu) di 30 UPT Puskesmas di kota Bandung pasien asma bisa mendapatkan terapi obat serta pelayanan komprehensif meliputi edukasi, konsultasi, pengukuran ACT (Asma Control Test) dan pelayanan rujuk balik bagi peserta JKN.

Untuk mendapatkan layanan program dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung ini masyarakat bisa mendatangi Puskesmas terdekat dan melapirkan KTP serta syarat lainnya seperti pasien Puskesmas pada umumnya. Bagi peserta JKN harus membawa KTP dan kartu BPJS, sedanghkan bagi pasien umum dikenakan biaya retribusi sesuai PERDA yang berlaku.

Salah satu puskesmas yang menerapkan program PESAT adalah Puskesmas Babakan Sari yang sudah menjalankannya sejak tahun 2019 lalu. Koordinator Penyakit Tidak Menular Puskesmas Babakan Sari dr Reisha Ghassani mengatakan bahwa adanya program ini memudahkan dalam penatalaksaan penyakit asma.

"Selain pemeriksaan dokter ada juga pemeriksaan ACT, sehingga melalui penilaian asma control test menjadi tahu skor penyakit asma pasien. Lalu seberapa sering kampuh pasien dengan demikian pasien akan menjadi lebih terkontrol. Bahkan bisa melakukan penanganan langsung dengan nebulizer saat pasien mengalami serangan. Jadi jangan ragu untuk memanfaatkan layanan pengobatan asma di Puskesmas," papar dokter umum lulusan universitas lampung tersebut.

Referensi tulisan

QAir Indonesia data 2022

Artikel Kementrian Kesehatan RI Polusi udara sebabkan angka penyakit respirasi tinggi

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230404/2642721/polusi-udara-sebabkan-angka-penyakit-respirasi-tinggi/

Global Burden Diseases and Injuries Collaborators – Indonesia Data (2019)

Artikel Dinas Kesehatan Kota Bandung: Dinkes Ajak Warga Kendalikan Penyakit Asma dengan PESAT (2021): https://dinkes.bandung.go.id/dinkes-ajak-warga-kendalikan-penyakit-asma-dengan-pesat/

Data Riskesdas Tahun 2018

Permenkes No. 5 Tahun 2015

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun