Puskesmas perlu ditingkatkan sebagai lini pertama untuk diagnose dan pengobatan asma agar pasien dapat mengendalikan penyakit asma dengan baik sejak dini karena asma merupakan bagian dari 144 diagnosa penyakit yang dapat ditangani di Puskesmas , sesuai dengan kompetensi dasar Dokter Umum.
Berdasarkan Standar Kompetisi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, penyakit asma masuk kedalam tingkat Kemampuan 4A dimana lulusan dokter mampu membuat diagnose klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas Dokter umum punya kompetensi, diagnose, bagaimana kontrol asma gejala hingga pemeriksaan,"ujarnya lagi.
Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan biaya pengobatan asma tinggi adalah akses obat di tingkat Puskesmas yang masih dalam bentuk obat oral tanpa inhalasi pengontrol yang sesuai. Tanpa obat pengontrol asma, pasien asma memiliki resiko mengalami eksarsebasi atau serangan asma. Problemnya adalah biaya penanganan asma bisa menjadi mahal, karena lebih dari 57,5% pasien asma mengalami kekambuhan serangan asma dan datang ke Rumah Sakit pada saat kondisi mereka sudah dalam keadaan tidak terkontrol.
Salah satu daerah yang memiliki akses Layanan Kesehatan bagi penderita asma adalah kota Bandung. Lewat program PESAT (Pelayanan Asma Terpadu) di 30 UPT Puskesmas di kota Bandung pasien asma bisa mendapatkan terapi obat serta pelayanan komprehensif meliputi edukasi, konsultasi, pengukuran ACT (Asma Control Test) dan pelayanan rujuk balik bagi peserta JKN.
Untuk mendapatkan layanan program dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung ini masyarakat bisa mendatangi Puskesmas terdekat dan melapirkan KTP serta syarat lainnya seperti pasien Puskesmas pada umumnya. Bagi peserta JKN harus membawa KTP dan kartu BPJS, sedanghkan bagi pasien umum dikenakan biaya retribusi sesuai PERDA yang berlaku.
Salah satu puskesmas yang menerapkan program PESAT adalah Puskesmas Babakan Sari yang sudah menjalankannya sejak tahun 2019 lalu. Koordinator Penyakit Tidak Menular Puskesmas Babakan Sari dr Reisha Ghassani mengatakan bahwa adanya program ini memudahkan dalam penatalaksaan penyakit asma.
"Selain pemeriksaan dokter ada juga pemeriksaan ACT, sehingga melalui penilaian asma control test menjadi tahu skor penyakit asma pasien. Lalu seberapa sering kampuh pasien dengan demikian pasien akan menjadi lebih terkontrol. Bahkan bisa melakukan penanganan langsung dengan nebulizer saat pasien mengalami serangan. Jadi jangan ragu untuk memanfaatkan layanan pengobatan asma di Puskesmas," papar dokter umum lulusan universitas lampung tersebut.
Referensi tulisan
QAir Indonesia data 2022
Artikel Kementrian Kesehatan RI Polusi udara sebabkan angka penyakit respirasi tinggi