Hitam Besar membuka diri setelah diberi obat untuk perutnya yang sering bermasalah.
"Kamu mendapat pesanan buruk karena kamu kurir yang buruk. Â Pesanan buruk berarti jarak jauh, dibayar sedikit. Pengantarannya lebih sulit ... Bagaimana cara menghindarinya? Harus naik tingkat! ... Makin tinggi kelas, makin tinggi bayaran. Serta dapat lebih banyak pesanan ... Jika mau lebih banyak, harus lebih cepat. Kau harus belajar mengatur pesanan dalam hitungan detik. Prioritaskan beberapa pesanan dan pikirkan logistikmu ... Platform hanya memberimu rute standar. Jangan diterima saja ... Kau hrs temukan jalan pintas antara pengambilan dan pelanggan. Atur pesanan berdasarkan prioritas. Dan lakukan pengiriman sesuai itu." Begitulah tips yang diberikan si Hitam Besar.
Gao juga mendapat pelajaran lainnya ... Bahwa sebagai kurir, dia harus tahu lingkungannya. Apa ada jalan pintas? Setiap mall, area perumahan, gedung perkantoran dan apartemen. Semua punya rak atau loker pengiriman ... Nomor rumah di gang bisa tidak sistematis. Kau hanya bisa hafal dengan mengunjunginya. Rumah Sakit dan sekolah sangat menantang. Biasanya jarang yang ambil. Juga membutuhkan 2 set baterai, satu untuk cadangan (motor listrik).
Pengiriman harus terjangkau. Mengantar itu lomba melawan waktu. Melewati angin dan hujan, siang dan malam. Jika mau ambil lebih cepat, hubunganmu dengan restoran harus baik. Sebagai kurir, sikap itu penting. Ego altermu mungkin sudah lepas, tetaapi masih bukan kelas pekerja asli. Bahwa penjaga keamanan di mall juga penting. Selalu senyum ke pelanggan, baik mereka menatapmu atau memakimu. Seperti pepatah, orang tak memukul wajah tersenyum.
Bahkan pesanan tersulit harus tepat waktu. Kita pekerja harus saling menjaga.
"Setiap pelanggan seperti anakku. Jika aku tak mengantar makanan tepat waktu mereka bisa mati kelaparan."
Gao Zhilei tak lagi gengsi menolong siapa pun yang membutuhkan. Termasuk ketika si pelit mengalami kecelakaan, dia menggantikan si pelit untuk mengantar semua pesanan. Dia juga mengantar pulang si pelit, yang menolak ke rumah sakit untuk mengobati luka kakinya, dan hanya melakbannya.
Dari sanalah, Gao tahu kenapa si pelit melakukan semua itu. Dia menabung dengan ketat semua pendapatannya demi biaya operasi leukemia putrinya. Begitu juga dengan Hitam Besar, yang begitu ngotot untuk terus jadi juara, ternyata untuk membiayai anak muda yang rencana masa depannya hancur setelah mengalami kecelakaan yang membuat seluruh tabungan untuk kuliahnya habis.
Gao sadar, bahwa setiap pekerjaan butuh kesungguhan. Setiap pekerja punya tanggung jawab tak main-main, terlebih dengan risiko kecelakaan cukup besar bagi mereka yang hidupnya lebih banyak di jalan raya.
Sang bapak akhirnya tak lagi malu melihat kesungguhan Gao Zhilei  menunaikan kewajibannya sebagai anak, suami, juga ayah dari putri semata wayangnya. Gao menjalani kehidupan dengan sepenuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H