Ayah rahimahullah pernah dihina seseorang dan saya menyaksikan, beliau memilih diam membiarkan semua kata itu berlalu. Ketika saya tak terima. Beliau dengan tenang menyuruh saya tetap duduk.
"Kata-kata itu hanya bermakna ketika kita memaknainya. Menjadi menyakitkan ketika kita terima dengan pikiran buruk. Apakah dengan membalasnya, kata-kata yang telah lepas tadi bisa ditarik kembali?"
Saya diam dengan napas masih mendengkus. Pada tarikan masa, di usia yang tak lagi muda, baru mampu saya artikan dengan menunduk. Betapa lelaki yang menjadi cinta pertama saya, begitu penuh kebijakan tak bertepi, begitu penuh dengan keteladanan dalam diamnya. Kokoh dalam mengendalikan nafsu sendiri.
Api akan membesar ketika kita siram dengan bensin. Api akan menghabiskan semua yang dilahapnya. Begitu juga dengan air, yang dibutuhkan setiap makhluk hidup, ketika meluap menjadi banjir, semua akan dihanyutkan.
Pada hidup yang hidup, tetaplah ada dalam denyut kehati-hatian, sekecil apa pun laku yang akan kita lampahkan.
Ingat selalu ...
"Kau datang tanpa pakaian, kau akan pergi tanpa pakaian ... Kau datang dalam keadaan lemah, kau akan pergi dalam keadaan lemah ... Kau datang tanpa uang dan barang, kau akan pergi tanpa uang dan barang ... Mandi pertamamu? Seseorang memandikanmu. Mandi terakhirmu? Seseorang akan memandikanmu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H