Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar Memaknai "Kata" dari Maktub

12 Agustus 2024   09:41 Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah tulisan yang begitu dalam. Memberi peringatan yang entah untuk keberapa kalinya tentang kuatnya sebuah kata. Di mana di zaman sekarang begitu murahnya diperjual belikan lewat janji yang tak tertepati, lewat komentar yang tak bertanggung jawab, dan entah apa lagi.

Bahkan pada halaman berikutnya, sepenggal kisah lain dituliskan ...

Dari sekian banyak senjata penghancur dahsyat yang diciptakan manusia, yang paling mengerikan, dan paling pengecut, dalah KATA.

Pisau dan senjata api meninggalkan bekas-bekas darah. Bom menghancurkan bangunan-bangunan dan jalanan. Racun bisa selalu dideteksi.

Sang guru berkata,

"Kau bisa menghancurkan, tanpa meninggalkan jejak. Anak-anak dikendalikan selama bertahun-tahun oleh orang tua mereka; laki-laki dikecam tanpa ampun, dan perempuan dibantai secara sistematis oleh komentar-komentar yang dilontarkan suami-suami mereka. Orang beriman dijauhkan dari agama oleh orang-orang yang merasa yakin bisa menafsirkan suara Tuhan.

Apakah kau sendiri juga menggunakan senjatra ini? Apakah senjata ini digunakan terhadapmu? Kalau ya, jangan biarkan kedua hal itu terjadi."

Halaman 189 "Maktub"

Berapa banyak pertikaian terjadi diawali oleh sebuah kata? Berapa banyak perang terjadi, juga diawali dengan sebuah kata? Karena itulah Islam juga mengajarkan,"Berkatalah yang baik, atau diam."

Dalam buku sebanyak 204 halaman ini, tak hanya tentang kata yang dituliskan, namun juga tentang kebijaksanaan, penemuan diri, kebiasaan buruk, hingga tentang guru yang hebat.

Cukup banyak sentilan untuk diri sendiri, layaknya bersenandika. Bahwa kita memang harus lebih sering memerhatikan kejadian-kejadian di sekitar kita, bukan untuk menjadi hakim, melainkan untuk mencari adanya pesan dari kejadian-kejadian tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun