Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Film

"Tribhanga", Tiga Generasi Perempuan Memaknai Cinta

18 Januari 2021   09:23 Diperbarui: 18 Januari 2021   09:37 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah yang baru ditayangkan Netflix, cukup mengharu biru. Film India terbaru dibintangi Kajol dan Tanvi Azmir ini, seolah menyodorkan cermin pada setiap diri. Terutama pada hubungan ibu dan anak.

Film dibuka dengan adegan seorang perempuan berbicara yang sedang direkam oleh seorang lelaki muda, berujung jatuh tak sadarkan diri. Di tempat lain, perempuan cantik sedang siap tampilkan tarian Odissi di panggung, saat mendapat panggilan telepon mendadak.

Cerita pun mengalir bersama Anuradha, seorang artis yang akrab dipanggil Anu bergegas menuju rumah sakit. Perempuan yang bicaranya kasar, juga  suka menggunakan kata makian apa saja. Bahkan saat pertama bertemu dengan Milan, seorang Ph.D dalam sastra feminisme India, yang terlibat dalam pembuatan biografi sang ibu, dia sudah melakukannya.

Kisah berlanjut dalam hitungan mundur, saat Nayantara Apte harus menghadapi ibu mertuanya yang tidak suka dengan kehidupannya sebagai penulis terkenal. Melihat menantunya disanjung, juga mendapat beragam penghargaan, tak menghentikan caci makinya tanpa peduli pada banyaknya tamu yang hadir di rumah. Sang mertua tak menghargainya hanya karena dia tak pandai memasak, dan menjadi ibu rumah tangga seperti yang dia harapkan. Ujungnya, sang penulis terkenal meninggalkan suami yang memilih tinggal dengan ibunya, dengan membawa serta dua anak mereka, Anu dan Robindro serta pengasuh mereka, Vimal.

Sejak itulah Nayan berperan sebagai ibu dan ayah kedua anaknya. Vinayak, suaminya tak lagi peduli pada keberlangsungan hidup kedua anaknya, bahkan tak memberi mereka nafkah. Hal inilah yang membuat Nayan mengajukan tuntutan untuk menggunakan nama belakangnya, tidak menggunakan nama ayah mereka lagi. Kejadian pada tahun 1986 itu cukup menggegerkan. Sesuatu yang dianggap berani. Membuat Anu dirisak di sekolah.

Perubahan terjadi ketika Nayan menerima cinta seorang fotografer tampan, Vikramaditya yang tak henti mendekat sejak pertama kali memotret dirinya. Mereka pun menikah. Yang tak pernah diduga, Anu, putrinya yang saat itu berusia 14 tahun,  mengalami pelecehan seksual dari lelaki yang memperkenalkan banyak perasaan baru di hati sang penulis.

Anu tak berani bersuara pada apa yang dialami, mencoba menghubungi sang ayah, berharap bisa ikut tinggal bersamanya untuk menghindari Vikram. Sayangnya ditolak. Anu dan adiknya sadar bila sang ayah tak menyayangi mereka. Bukan hanya membuat sang gadis nekat menyilet pergelangan tangannya, tetapi makin menutup diri setelah gagal bunuh diri.

Anu menyalahkan sang ibu atas segala perbuatan Vikram. Menjadi pemicu kebenciannya pada perempuan yang telah melahirkan, juga berjuang memberi kehidupan terbaik. Dia berhenti memanggil ibu, dan hanya memanggil namanya. Sang adik yang menjadi saksi, menjadi pendukung setia sang kakak.

Nayan sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Anu bahkan mengungkap masa remajanya yang buruk di sebuah majalah, saat dia sudah menjadi artis terkenal.  Rasa sayang pada anaknya membuat Nayan tak berhenti mendukung. Termasuk menerima Anu hidup bersama tanpa menikah dengan pria Rusia. Sang anak akhirnya mengusir pria Rusia tersebut saat hamil delapan bulan karena sering melakukan kekerasan padanya.

Usai Anu melahirkan anak perempuan, yang diberi nama Masha, muncul lelaki baik bernama Raina. Lelaki ini mencoba merekatkan kembali serpihan perang dingin ibu dan anak. Mereka kembali saling terhubung.

Selama menunggu ibunya yang koma, Anu yang masih belum berhenti membenci sang ibu, mendapatkan sentilan demi sentilan. Dari Milan, si penulis biografi ibunya, dia baru tahu bila sang ibu terkena arthritis, yang membuat jari jemarinya tak lagi mampu menulis. Juga saat dia 'terpaksa' membantu perawat untuk membersihkan tubuh ibunya. Ditambah lagi video rekaman yang mengungkap bila sang ibu tahu pelecehan pernah dialami, membuatnya tak ragu menceraikan Vikram.

Anu berharap ibunya segera bangun dari koma, dia ingin membahas banyak hal. Tetapi, yang paling keras menampar hatinya adalah ungkapan hati putri semata wayang, Masha yang sedang mengandung setelah menikah dengan lelaki dari keluarga 'normal'. Apa yang Masha ceritakan? Apakah Anu masih punya kesempatan berbicara dengan ibunya? Silakan Anda saksikan sendiri.

Kisah sederhana yang tak sesederhana tampaknya. Sarat dengan pesan yang cukup menyentuh.

Bagaimanapun, cinta ibu pada anak tetaplah tak terbantahkan, juga tak terkalahkan. Seburuk apa pun seorang ibu, menghakiminya adalah hal yang tak elok dilakukan oleh anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun