Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ulasan Novel "Pangeran dari Timur"

7 April 2020   08:07 Diperbarui: 7 April 2020   08:24 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Salah satu kegiatan paling mengasyikkan selama di rumah saja adalah membaca buku, sebagai bagian olahraga otak. Dari sekian buku yang sudah terbaca sepanjang dua minggu lebih, buku ini menjadi salah satu buku favorit saya. 

Novel yang direncanakan dan ditulis sejak tahun 1999 ini betul-betul memukau. 

Cerita dibagi dalam dua arus zaman: abad ke-19, masa kehidupan Raden Saleh dan abad ke-20, masa pergerakan menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, di mana Syafei, Ratna Juwita dan Syamsudin menjadi tokohnya.

Raden Saleh adalah keponakan Bupati Terbaya yang mempunyai bakat menggambar luar biasa. Dari hasil goresan yang dibawa oleh dua orang Belanda saat mengunjungi sang Paman, dia dianjurkan untuk belajar pada pelukis Antoine Auguste Jean Joseph Payen, seorang yang dipekerjakan pada Biro Penelitian Buitenzorg. Keberuntungan itu dimulai saat dia melukis seekor kuda yang membuat kagum Payen, hingga dia diajak untuk berkeliling Jawa.  

Saat menjelang dewasa dia mengganti namanya menjadi Raden Saleh Syarief Bustaman. Mendapat tawaran mengunjungi negeri Belanda tak disia-siakan sama sekali. Saat magang di tempat Cornelis Kruseman, dia bertemu dengan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, sosok utama dibalik tertangkapnya Pangeran Dipanegara yang masih punya hubungan kekerabatan dengannya. Seorang penelikung yang dianggap sebagai pahlawan di negaranya. Bahkan dia harus melukisnya. Ya, kisah kepahlawanan Pangeran Dipanegara turut mewarnai buku ini.

Bukan hanya piawai mengayunkan kuas, Raden Saleh pemilik pemikiran yang cerdas ini dianggap 'berbahaya' bila dipulangkan kembali ke tanah air. Karenanya Raden Saleh terus diberi tunjangan bertahan di Belanda dan juga kesempatan berkeliling Eropa untuk belajar melukis dari banyak maestro zaman itu. Pada Andreas Schelfhout, maestro lukisan pemandangan, hingga pada Horace Vernet, pelukis kesayangan Raja Louis - Phillippe. Juga turut dalam pemeran lukis Internasional.

Sebagai perantau dari Timur, sendirian di tanah Eropa, dia berhasil mencuri perhatian banyak maestro seni di sana, ikut serta menyemarakkan suatu aliran lukis dunia. Kemampuan belajar cepat beragam bahasa turut mendukung faktor suksesnya. Hidupnya juga tak luput dipenuhi petualangan. Bahkan ada yang menganggap seluruh perjalanan hidup Raden Saleh adalah pencarian keuntungan pribadi. Petualangan penuh kemujuran dari seorang oportunis, bukan upaya patriotik melawan kolonialisme.

Saat perang Jawa akan usai. Kedua kakak dan pamannya ditelikung Belanda. Pamannya mati merana di Madura, sementara ia merayakan kehidupan gemerlap setiap hari bersama bangsawan Eropa. Setelah 25 tahun tinggal di Eropa, dia kembali ke Indonesia.

Sayangnya, di negeri sendiri keterasingan dirasakan. Terlebih saat istrinya, seorang perempuan Jerman meminta bercerai akibat tak lagi mampu menanggung sikap rasial yang masih kental saat itu. Usai bercerai dari istri pertamanya, Raden Saleh kembali menikah dengan perempuan ningrat.

Sebuah kejadian yang memalukan juga mengguncangnya, terjadi saat dia difitnah menjadi pimpinan pemberontakan, membuatnya makin kecewa tinggal di negeri sendiri dan berkeinginan untuk menghabiskan sisa usianya dengan kembali ke Eropa, di mana hampir semua teman-temannya sangat menghargai kesetaraan dan menghormatinya.

Dia mengajak istri dan anak angkatnya untuk ke sana. Tetapi setiba di sana, dia kembali menemukan kekecewaan saat menghadapi realitas dirinya sudah tak begitu dikenal lagi, sebagaimana aliran lukisannya. Belum lagi para sahabat-sahabatnya dulu sudah banyak yang meninggal dunia. Kembalilah beliau ke tanah air sampai meninggal dunia.

Pada cerita dari abad ke-20 adalah kisah cinta segitiga yang diselingi dengan pergolakan menjelang kemerdekaan RI yang tak kalah menariknya. Saling berseling cerita dua arus zaman ini mengalir indah. Dari pergerakan awal PKI, Sarikat Islam hingga peralihan penjajahan dari Belanda ke Jepang. Belum lagi gambar di buku ini juga disertakan lukisan karya Raden Saleh, juga gambar tempat pembuangan tahanan di Digul. Bagai membaca buku sejarah yang cukup lengkap.

Awalnya saya mengira Pangeran dari Timur ini hanya ditujukan pada sosok Raden Saleh semata. Di akhir cerita, baru saya pahami makna siapa sesungguhnya Pangeran dari Timur.

Sebagai novel, dari kover, lay out dan kertasnya, semuanya menarik. Gaya menulis Iksaka Banu dan Kurnia Effendi, yang detail dengan diksi indah dan terjaga, membuai namun tak sampai memabukkan. Belum lagi kelibatan beraneka bahasa yang ada di sepanjang cerita. Dari bahasa Jawa, Sunda, Inggris, Belanda, Jerman, Itali dan lainnya tertata rapi.

Menurut saya, novel karya Iksaka Banu dan Kurnia Effendi ini sangat bagus dan hampir tak bercela.

Judul Buku    :  Pangeran Dari Timur
Penulis          :  Iksaka Banu, Kurnia Effendi
Penerbit         :  Bentang Pustaka
Cetakan pertama: Februari 2020
ISBN               :  978-602-291-675-8
Tebal Buku      :  594 Halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun