Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Saja Hal Terbaik dan Terburuk Ketika Kita Bertambah Tua?

23 Januari 2020   10:46 Diperbarui: 23 Januari 2020   10:57 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan yang diajukan seseorang pada sebuah komunitas ini, cukup menggelitik saya. Ketika sebagian besar orang bersibuk diri menjalani hidupnya, tak jarang melupakan waktu yang sudah dilalui, hingga saat tua baru menyadari. 

Seperti kata Seno Gumira Ajidarma, "Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa."

Saya mencoba mengartikan pertanyaan di sini, dalam makna tua yang sebenarnya, bukan bertambahnya usia belaka.

Menurut Departemen kesehatan RI 2009, ada tiga kategori usia tua, atau yang disebut lansia.

  • Usia 46-55 tahun, disebut sebagai masa lansia awal. Masa peralihan menjadi tua, di mana mulai terjadi penurunan jumlah hormon pada tubuh dan fungsi organ juga.
  • Usia 56- 65 tahun, disebut sebagai masa lansia akhir. Masa menuju tua yang harus memperhatikan psikis, biasanya mulai menurunnya indera penglihatan dan pendengaran.
  • Yang terakhir adalah usia 65 -- ke atas.

WHO memasukkan usia 66-79 tahun sebagai setengah baya, dan baru disebut tua saat usia 80-99 tahun.

Terasa sekali perbedaan penggolongan keduanya.  

Ada sebuah fakta yang menarik dari dulu hingga sekarang. Bahwa begitu banyak yang merasa ketakutan menjadi tua. Lebih tepatnya, wajahnya terlihat tua. 

Bukan hanya kaum Hawa, namun kaum Adam demikian juga. Lihat sekarang mereka juga tak malu untuk melakukan operasi plastik. Tarik sana, tarik sini agar keriput tak membuat wajah kusut.

Lihat bagaimana perempuan begitu 'sibuk' membuat wajahnya agar terlihat muda terus. Perawatan ratusan juta tak menjadi masalah bagi yang mampu. 

Teman saya setiap tiga bulan sekali sibuk suntik untuk mempertahankan kulit putih dan glowingnya, belum perawatan lain yang dilakukan di luar negeri. Semuanya sah-sah saja, namanya juga keinginan.

Bukan hanya wajah dan tubuh, sekarang sudah begitu banyak yang walau disebut tua, masih aktif dan punya banyak kesibukan, tak melulu seperti dulu. Stigma bahwa tua itu lemah tak berdaya, harus banyak berdiam diri di rumah, momong cucu dan melakukan banyak ibadah, sepertinya sudah mulai digeser.

Tak semua orang bisa mencapai usia tua. Jadi menjadi tua itu bukanlah hal yang harus ditakuti.

Orang yang sudah tua, mempunyai satu ciri yang mirip, yaitu suka mengingat-ingat kejayaan masa lalunya. Mereka akan selalu menceritakan hal tersebut berulang-ulang. Biasanya yang muda suka bosan mendengarkannya. Mereka tak sadar itu adalah salah satu cara mereka agar mampu merasa lebih hidup.

Menurut Ade Ubaidil, menjadi tua adalah ketika kebebasanmu sama artinya dengan ketiadaan. Menjadi tua, di pikirannya adalah menjadi seseorang yang tidak bisa lagi melakukan banyak hal sesuka hati. Terlalu banyak aturan dan ada sesuatu yang harus dipertimbangkan sebelum dikerjakan.

Kebebasan masa muda dan masa tuamu adalah dua hal yang memiliki makna yang berbeda.

Ketika kita bertambah tua, tentu saja yang tak dapat dipungkiri adanya masalah kesehatan. Kekuatan, pendengaran, penglihatan dan lainnya pastilah menurun fungsinya. 

Belum lagi ancaman kepikunan, dll. Terlebih yang masa mudanya menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bukan tak mungkin masa tuanya diisi dengan kerapnya sakityang  menghampiri.

Ketika bertambah tua, kita juga harus berani menerima kenyataan untuk melepaskan anak-anak yang sudah dewasa menjalani kehidupannya sendiri. Ada yang beruntung masih tinggal berdekatan dengan mereka, ada pula yang sebaliknya, sehingga pertemuan dengan mereka tak lagi bisa sama seperti sebelumnya. Baik soal waktu dan hal lainnya.

Bukan hanya soal anak, tak jarang saat menua, kita juga sudah ditinggal mati terlebih dahulu oleh pasangan hidup kita. Bagi yang tak menikah dan tak memiliki anak, tentu saja masalahnya akan berbeda pula.

Kesepian, inilah nanti yang harus kita persiapkan kemungkinan terjadinya. Karena semakin tua, perasaan kita akan makin sensitif.

Inilah beberapa yang dianggap sebagai bagian yang terburuk, walau menurut saya tidak ada yang buruk saat kita menjadi tua. Mengapa?

Sekali lagi, karena tak semua orang bisa mencapai usia tua. 

Yang terbaik ...

Ketika kita bertambah tua yang tidak dimiliki orang muda adalah, banyaknya pengalaman hidup yang sudah kita lalui. Yang bukan hanya bisa kita tuliskan, namun juga ajarkan pada yang lebih muda. Itu hanya berlaku pada orang-orang yang mau mengambil hikmah atas setiap kejadian yang sudah dilalui.

Tak semua orang mau belajar dari pengalaman. Ada yang menganggap apa yang berlalu ya hanya sekedar dilalui, bukan untuk dipelajari. Hal inilah yang membedakan orang tua yang bijak dan orang yang menua karena faktor usia belaka.

Usia tidak selalu membawa serta kebijaksanaan. Terkadang ia hanya datang sendiri.

Letak kebijaksanaan yang sesungguhnya ketika orang tua berani untuk menghadapi masa tuanya dengan kemandirian dan tidak melulu menggantungkan segalanya pada yang lebih muda. 

Sebagaimana orang tua yang sudah mempersiapkan semua dengan baik sejak muda. Orang tua yang berani memutuskan sendiri untuk masuk panti jompo, sebenarnya adalah bagian dari kesadaran dari dirinya, bahwa dia tak ingin merepotkan anak-anaknya dan sekitar.

Ketika bertambah tua, kita juga sudah tak lagi pusingkan dengan hal-hal kecil yang masih diributkan orang-orang muda. Juga sudah tak pusingkan soal menang dan kalah. Menikmati setiap momen adalah yang terbaik buat mereka.

Jadi, jangan pernah takut untuk menjadi tua. Jangan pernah meremehkan orang tua, karena setinggi apa pun gelar akademis Anda, soal pengalaman hidup, mereka tetap di atas Anda.

Jangan juga tak menghormati mereka, bisa kualat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun