Yang sebaliknya, meniatkan kebaikan yang dia lakukan dengan tujuan mendapatkan sesuatu alias pamrih, ini yang terbanyak berada dalam kehidupan. Memuji-muji orang di mana pujian itu tak ada sedikitpun pada yang bersangkutan, menjilat penguasa demi mendapatkan jabatan, membela orang agar disebut pahlawan atau mencari ketenaran. Tak akan cukup menuliskan manusia-manusia dengan karakter seperti ini.
Lihat baik-baik, berapa banyak orang yang dahulunya dianggap baik karena kepeduliannya pada orang lain yang mengalami ketidak adilan, karena kesulitan hidup atau karena ingin kaya dengan cara cepat, tiba-tiba berubah haluan tersebab menemukan jalan mudah menumpuk materi.Â
Begitu hidupnya nyaman, dia tak lagi punya kepedulian. Tak terusik sedikitpun walau nampak di depan hidungnya karena ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi. Terlanjur merasakan kursi empuk, hingga lupa bagaimana bangkit untuk berdiri pada perjuangannya sendiri.
Siapa sih yang tak ingin dianggap baik? bahkan penjahat paling kejam sekalipun tak mau dinilai buruk dengan berdalih atas segala yang dia lakukan karena ini dan itu. Meminta dimaklumi, meminta dipahami.
Kebaikan itu ada bersemayam dalam tiap diri, karena juga sebuah fitrah. Namun kebaikan banyak tergerus dengan nafsu yang dituruti, nafsu yang tak pernah dididik, nafsu yang tak dikendalikan. Bukankah kejahatan atau keburukan itu lebih mudah menular dibanding kebaikan?
Boleh merasa diri baik, namun jangan sampai ke'merasa'an ini jadi boomerang saat aliran pujian kebaikan anda begitu deras didapat. Jangan sampai merasa baik ini membuat anda sebagai manusia yang sempurna hingga merasa punya'hak' untuk menjadi hakim bagi yang lain.
Kewajiban saling mengingatkan itu memang ada. Tetaplah dalam koridor yang baik dan beretika. Bukan dengan berkoar tanpa rasa bersalah menebar aib orang lain penuh kebanggaan karena merasa lebih tahu, merasa lebih baik dan merasa lebih sempurna. Selain berefek negatif terhadap target yang diumbar aibnya, Allah juga akan memberikan dosa terhadap orang yang suka menceritakan aib orang lain.
Bagaimanapun beratnya hidup yang kita rasakan, teruslah berbuat baik, walau tak mendapatkan apapun dari manusia, bahkan mungkin saja diperlakukan sebaliknya. Niatkan semua hanya untuk Allah, maka balasan kebaikan yang akan anda terima jauh melebihi yang mampu diberikan manusia. Yakinlah selalu, matematika Allah adalah yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H