Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hutangmu, Penyandera Kehidupan Dunia Akhiratmu

5 Maret 2018   05:48 Diperbarui: 5 Maret 2018   05:57 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah ahlul 'afiyah itu berarti manusia yang lebih baik? Pandangan manusia dan pandangan Allah tentu saja tak selalu sama. Apapun pemberianNya, selalu yang terbaik. Dari rupa, kedudukan dan lainnya. Istilah keberuntungan, apapun ujudnya tak selalu berbanding lurus dengan rasa syukur. Sebanyak apapun rezeki yang datang, tanpa rasa syukur, maka tak akan pernah cukup.

Merasa tak pernah cukup inilah yang akan membuka pintu-pintu hutang. Banyak orang kaya yang tak pernah merasa tenang dan merasa cukup, sebanyak orang miskin yang tetap tenang dalam syukurnya yang tak pernah kering. Jangan selalu melihat ke atas, kecuali untuk ilmu. Karena materi godaannya sangat besar. Hingga jadi peringatan abadi, harta-tahta dan wanita. Semua bermuara pada goda duniawi.

Hutang, sekecil apapun, akan membawa banyak kegelisahan. Tak ada ketenangan dalam hidup ini saat mendapat tagihan hingga teror dari para penagihnya. Belum lagi hilangnya kepercayaan orang lain. Pasti terjadi, bahwa orang yang suka berhutang juga orang yang suka berbohong. Berjanji tiada henti, tanpa bukti yang menyertai.

Berhati-hati menggunakan uang, bukan berarti menjadi manusia pelit. Bijak mengelola uang dibutuhkan setiap orang, baik dalam keadaan berada, ataupun tidak. Keadaan selalu berubah, dan seringkali tak terduga sama sekali. Yang awalnya tampak sehat, bisa saja tiba-tiba sakit dan memerlukan banyak biaya. Bertahun-tahun bekerja keras dengan banyaknya penghasilan, bisa saja habis dalam waktu singkat.

Orang yang berhutangpun hidup dalam penyanderaan orang lain. Dipandang hina, tak dihormati akan menyertai setiap langkahnya. Belum lagi bila hingga wafat ia masih mempunyai hutang pada orang lain, sekecil apapun.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Roh seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia dilunasi." (HR. Ahmad). Bahkan Rasulullah SAW tidak mau mensalati orang yang tidak membayar hutang.

Niatkan dengan kesungguhan saat berhutang, Anda akan melunasinya sesegera mungkin. "Penundaan hutang bagi mereka yang mampu adalah satu kezaliman." (Riwayat Bukhari).

Peringatan keras mengenai hutang. "Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri." (HR. Ibnu Majah).

Orang-orang yang tidak membayar hutang, bukan hanya dibenci manusia, namun ia juga dianggap pencuri oleh Allah SWT. Meskipun seseorang muslim meninggal dalam keadaan syahid, orang yang memiliki hutang tidak akan diampuni.

Tak ada yang lebih dekat pada setiap diri, selain kematian. Saat anda begitu yakin bahwa Anda mampu melunasi tagihan kredit, apakah Anda juga yakin saat itu masih hidup?

Masih banggakah dengan 'hutang-hutang' lewat beragam fasilitas'modern' yang anda biasakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun