Berbagai model pembelajaran berbasis lingkungan telah dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik. Hendrawan dan Mardiana (2019) mengidentifikasi beberapa model, seperti pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Model-model ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat langsung dalam proyek yang berkaitan dengan isu lingkungan, sehingga mereka dapat memahami dampak dari tindakan mereka. Salah satu contoh penerapan model pembelajaran berbasis proyek adalah ketika peserta didik melakukan penelitian tentang kualitas air di sungai dekat sekolah mereka. Melalui kegiatan ini, mereka belajar tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan dampaknya terhadap ekosistem.
     Integrasi budaya lokal dalam kurikulum pendidikan sangat penting untuk membangun kesadaran lingkungan yang kuat. Sari dan Hidayati (2020) menekankan bahwa budaya lokal tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami dan melestarikan lingkungan. Dalam konteks Kampung Naga, nilai-nilai budaya yang mengedepankan harmoni dengan alam dapat menjadi landasan pendidikan lingkungan yang efektif.
     Penggunaan budaya lokal dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dan membuat pembelajaran lebih relevan. Misalnya, peserta didik dapat belajar tentang cara-cara tradisional dalam mengelola sumber daya alam yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal selama bertahun-tahun. Ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan lingkungan mereka.
     Kearifan lokal, yang mencakup pengetahuan dan praktik tradisional masyarakat dalam mengelola lingkungan, dapat menjadi sumber pembelajaran yang berharga. Yusuf (2021) menyatakan bahwa kearifan lokal sering kali mengandung prinsip-prinsip keberlanjutan yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan lingkungan. Dengan mempelajari kearifan lokal, peserta didik dapat memahami hubungan antara manusia dan alam serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
     Contoh penerapan kearifan lokal dalam pendidikan lingkungan dapat dilihat pada praktik pertanian berkelanjutan yang diajarkan di sekolah-sekolah di sekitar Kampung Naga. Peserta didik belajar tentang teknik pertanian yang ramah lingkungan, seperti rotasi tanaman dan penggunaan pupuk organik. Melalui pengalaman ini, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga terinspirasi untuk menerapkan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
     Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan pembelajaran dengan situasi nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Halimah (2021) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual membantu peserta didik mengaitkan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah dengan pengalaman di luar kelas. Pendekatan ini sangat efektif dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pendidikan lingkungan dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan yang berhubungan dengan isu lingkungan di sekitar mereka. Misalnya, peserta didik dapat melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan di sekitar sekolah dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ekosistem lokal. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang bermakna, tetapi juga meningkatkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya menjaga lingkungan.
     Hubungan antara pembelajaran kontekstual dan kesadaran lingkungan sangat erat. Ketika peserta didik belajar tentang isu-isu lingkungan dalam konteks yang relevan, mereka cenderung lebih memahami dampak dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Halimah (2021) mencatat bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran kontekstual menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesadaran lingkungan dan keterampilan berpikir kritis.
     Contoh konkret dari hubungan ini dapat dilihat pada program-program yang mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan, seperti pembersihan pantai atau penanaman pohon. Melalui pengalaman langsung, peserta didik tidak hanya belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga merasakan dampak positif dari tindakan mereka. Ini menciptakan rasa tanggung jawab dan komitmen untuk terus berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam.
III. PEMBAHASAN
     Pembelajaran budaya Kampung Naga di sekolah dasar mengintegrasikan nilai-nilai lokal yang mengedepankan harmoni antara manusia dan lingkungan. Materi yang diajarkan mencakup sejarah, tradisi, dan praktik berkelanjutan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga. Misalnya, peserta didik diperkenalkan pada cara pertanian organik yang dipraktikkan oleh penduduk setempat, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memperkuat ketahanan pangan lokal (Setiawan & Lestari, 2022). Selain itu, materi pembelajaran juga mencakup pengenalan terhadap flora dan fauna lokal yang penting untuk ekosistem setempat, sehingga peserta didik dapat memahami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.
     Dalam konteks ini, pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, di mana peserta didik diajak untuk terlibat langsung dalam kegiatan seperti menanam pohon atau membersihkan sungai. Kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan peserta didik tentang lingkungan, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab terhadap alam (Halimah, 2021). Dengan demikian, materi yang diajarkan dalam pembelajaran budaya Kampung Naga berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan peserta didik dengan lingkungan mereka secara langsung.