Mohon tunggu...
Rina N
Rina N Mohon Tunggu... Guru - Pengawas/pendamping Satuan Pendidikan

Terdapat 4 tahapan dalam menjalankan peran pendampingan. Pertama, melakukan perencanaan pendampingan. Kedua, melakukan pendampingan terhadap perencanaan program satuan pendidikan. Ketiga, melakukan pendampingan terhadap pelaksanaan program satuan pendidikan. Keempat, melakukan pelaporan pendampingan. Untuk menjalankan tahapan-tahapan tersebut, pengawas sekolah tentunya mesti memiliki pengetahuan lengkap tentang bagaimana melakukan peran pendampingan di tingkat satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik Satuan Pendidikan. Pengawas Sekolah juga diharapkan memiliki pengetahuan lengkap tentang bagaimana melaksanakan peran Pendampingan secara optimal dengan memaksimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki Satuan Pendidikan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simulasi Problem Base Learning : Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa di Era Digital

2 Januari 2025   17:25 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:25 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Hasil serupa juga dilaporkan oleh Hidayati (2021), yang menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran PBL memperoleh nilai rata-rata 85, sementara siswa yang mengikuti metode konvensional hanya mencapai nilai rata-rata 70. Penelitian ini menekankan pentingnya konteks nyata dalam pembelajaran, di mana siswa dihadapkan pada masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga memicu pemikiran kritis dan kreatif. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa penerapan PBL tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, yang sangat penting dalam dunia yang terus berubah.

 2. Analisis Perbandingan antara PBL dan Metode Konvensional

        Gunawan (2021) melakukan analisis perbandingan antara model PBL dan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa yang setara dalam hal latar belakang akademik dan demografi. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah berhasil mencapai skor yang lebih tinggi dalam tes akhir, dengan perbedaan rata-rata 15 poin. Selain itu, siswa dalam kelompok PBL menunjukkan partisipasi yang lebih aktif selama proses belajar mengajar, yang tercermin dari frekuensi pertanyaan dan diskusi yang terjadi di kelas.
        Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa metode konvensional cenderung menghasilkan siswa yang lebih pasif, di mana 60% siswa hanya mengikuti instruksi tanpa berpartisipasi aktif dalam diskusi. Data ini menunjukkan bahwa PBL tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan temuan Prasetyo dan Wulandari (2022) yang menyatakan bahwa PBL mampu meningkatkan minat belajar siswa, terutama dalam pelajaran yang dianggap sulit seperti IPA. Dengan kata lain, PBL memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mereka.

Pembahasan

1. Interpretasi Hasil Penelitian

        Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi melalui PBL dapat diinterpretasikan sebagai bukti bahwa pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis dan kreatif. PBL memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan masalah yang kompleks, yang memerlukan analisis mendalam dan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar untuk menghafal informasi, tetapi juga untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang lebih luas. Hal ini penting di era digital, di mana informasi tersedia secara melimpah dan kemampuan untuk menganalisis serta mengevaluasi informasi menjadi sangat krusial.

        Dalam konteks ini, PBL berfungsi sebagai jembatan antara teori dan praktik, memungkinkan siswa untuk melihat relevansi dari apa yang mereka pelajari. Misalnya, dalam pembelajaran IPA, siswa dapat dihadapkan pada masalah lingkungan yang nyata, seperti pencemaran air atau perubahan iklim, yang memerlukan analisis data dan pengambilan keputusan yang berbasis bukti. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep ilmiah, tetapi juga memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari mereka.

2. Hubungan antara PBL dan Motivasi Belajar Siswa

        Fauzi dan Lestari (2019) menyoroti bahwa PBL tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, tetapi juga berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa siswa yang terlibat dalam PBL menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap materi pelajaran dan lebih bersemangat dalam berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa PBL sering kali melibatkan proyek kolaboratif yang relevan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa merasa lebih terhubung dengan apa yang mereka pelajari.
        Motivasi belajar yang tinggi ini berkontribusi pada peningkatan hasil belajar, karena siswa yang termotivasi cenderung lebih aktif dalam mencari informasi dan berdiskusi dengan teman sebaya. Dengan demikian, PBL tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan interaktif. Dalam hal ini, peran guru sebagai fasilitator sangat penting, di mana guru perlu menciptakan suasana yang mendukung kolaborasi dan diskusi di antara siswa.

3. Implikasi Hasil terhadap Praktik Pembelajaran di Kelas

        Implikasi dari hasil penelitian ini sangat signifikan bagi praktik pembelajaran di kelas. Dengan meningkatnya keterampilan berpikir tingkat tinggi dan motivasi belajar siswa melalui PBL, guru diharapkan untuk mempertimbangkan penerapan metode ini dalam kurikulum mereka. PBL dapat menjadi alternatif yang efektif untuk mengatasi tantangan dalam pendidikan, terutama di era digital yang menuntut siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun