Mohon tunggu...
Rinaldy Damanik
Rinaldy Damanik Mohon Tunggu... Human Resources - Laki-laki

Pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah Alumni Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana Anggota Dewan Federasi KontraS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan Ibu

10 Juli 2017   11:36 Diperbarui: 10 Juli 2017   11:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada saat itu, Halle menyampaikan sambutannya:: "Saya  menerima penghargaan ini dengan tulus. Saya menganggap ini sebagai  kritik bagi saya untuk tampil lebih baik di film-film saya berikutnya.  Saya masih ingat pesan ibu saya bahwa... 'Kamu tidak berhak dipuji kalau  kamu tidak bisa menerima kritikan'." Tepukan tangan sambil berdiri  sebagai bentuk ketakjuban dari para hadirin sangat memeriahkan malam  itu. Ya, sangat sedikit orang yang sanggup menerima kritikan seperti  Halle.

Kritikan mempunyai makna yang sama dengan teguran. Jauh, berabad-abad sebelum Halle Berry, Amsal Salomo telah menyatakan:

Amsal  13:18b "siapa mengindahkan teguran, ia dihormati."

Amsal  15:5b "siapa mengindahkan teguran adalah bijak."

Nah, sekarang, apa arti teguran atau kritik bagi kita? Apakah itu musibah buruk? Apakah itu simbol kehancuran diri?

Ada  berbagai bentuk teguran atau kritik. Dapat berupa nasehat, sindiran,  guyonan, atau cacian pedas. Wajar saja jika ada orang yang tidak suka  ditegur. Bagaimanapun, akan lebih menyenangkan jika kita mendapatkan  pujian daripada kritik.

Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa  aman dari kritik? Di dunia ini lebih banyak orang yang suka mengkritik,  daripada dikritik. Gemar melakukan teguran daripada ditegur. Lebih  senang menasehati daripada dinasehati.

Bagi penggemar sepak bola,  pasti sering mengamati komentar atau kritik pedas dari para komentator  bola. Padahal belum tentu mereka mampu jika disuruh memainkan bola di  lapangan. Demikian pula dengan para pengamat politik, ekonomi, dll.  Mereka ramai-ramai berkomentar kepada publik melalui media cetak dan  elektronik, seolah-olah pernyataan merekalah yang paling benar.

Namun  bukan itu permasalahannya! Seandainya kita mendapatkan kritikan, yang  sakitnya melebihi pukulan, apa yang harus kita lakukan? Mungkinkah kita  menghadapinya dengan tenang? Mengapa tidak ! Kita mempunyai wewenang  penuh untuk mengontrol perasaan kita. Kita yang harus mengontrol  perasaan kita, bukan perasaan kita yang mengontrol kita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Ada beberapa catatan penting yang berkaitan dengan kritik:

Pertama,  tidak sedikit orang yang jatuh hanya gara-gara kritik, walaupun tidak  semua kritik itu benar dan tidak semua kritik perlu ditanggapi. Dari  sisi positif, kritik menunjukkan adanya yang "masih peduli" kepada kita,  atau masih "memperhitungkan" kita. Coba perhatikan  perusahaan-perusahaan besar yang harus membayar mahal berbagai survey  untuk mengetahui kelemahannya. Demikian pula para calon pemimpin  pemerintahan, ketika akan menghadapi pemilihan kepala negara atau kepala  daerah, mereka harus melakukan survey untuk mengetahui kelebihan dan  kekurangannya; dan survey itu harus dibayar dengan mahal. Bayangkan jika  kita harus melakukan hal yang sama, mengeluarkan banyak uang hanya  untuk mengetahui kekurangan diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun