Mohon tunggu...
Rinaldy Alidin
Rinaldy Alidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilai Keberhasilan Kepemimpinan Guru Melalui Prestasi Peserta Didik

19 Juli 2021   18:30 Diperbarui: 19 Juli 2021   18:44 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun Oleh:

Rinaldy Alidin, Mhd. Ayub Kodri, Yunisma Aldayana, Safira Azzahra Hsb, Nurul Amira

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu cara menilai keefektifan pendidikan di ruangan kelas tergantung pada keahlian ataupun kepemimpinan seorang guru. Suatu sekolah akan terlihat bagus oleh masyarakat apabila seorang guru memiliki kepemimpinan yang baik dalam memimpin kelasnya. Seorang guru sangat perlu dalam memiliki sifat kepemimpinan guru dalam memimpin kelasnya, sifat kepemimpinan ini bisa didapatkan dengan cara mempelajarinya, mengikuti kegiatan workshop ataupun saling bertukar pikiran satu dengan yang lainnya sesama ruang lingkup guru. Suatu sekolah juga dapat membentuk gurunya agar memiliki kepemimpinan guru yang baik dan profesional, hal ini dapat dilaksanakan dengan membuat acara seminar dan workshop bagi guru-guru disekolah yang ada. Suatu sekolah dapat mendukung pertumbuhan kepemimpinan guru melalui tiga hal berikut: kepala sekolah ataupun seorang pemimpin suatu sekolah harus memiliki suatu keinginan untuk mendukung dan memberi dukungan terhadap staff-staff sekolah di sekolahnya, staff yang berada di suatu sekolah juga harus memiliki sifat saling menghargai dari keahlian kepemimpinan seorang guru dan mengembangkannya secara bersama, selanjutnya guru yang ingin tumbuh secara profesional dan berkontribusi dalam kepemimpinan harus terlibat dalam tindakan kepemimpinan baik dari suatu workshop, seminar ataupun saling sharing diantara sesama staff-staff guru yang terdapat pada suatu sekolah.

Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. (Atmodiwiro, 2005:23). Kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang/kelompok yang menyebabkan seseorang lainnya ataupun kelompok tersebut mengikuti suatu tujuan yang dituju. Kepemimpinan merupakan suatu perilaku seorang pimpinan dalam mempengaruhi individu atau kelompok orang yang dapat berlangsung dimana saja. Sebagai seorang guru juga harus memiliki jiwa kepemimpinan guru. Guru-guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi para murid-murid untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru merupakan suatu komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Guru ataupun wali kelas juga dapat mewujudkan suatu prestasi dari siswa/i nya yang terdapat dikelas yang dipimpinnya. Untuk memperbaiki kualitas suatu pendidikan berpangkal dari guru dan berujung pada guru tersebut. Untuk mengukur prestasi siswa-siswi yang terdapat di dalam kelas juga dapat diukur dari kepemimpinan seorang guru yang dimiliki. Guru ataupun wali kelas merupakan suatu komponen yang penting dalam mengembangkan prestasi siswanya. Salah satu cara seorang guru untuk mengembangkan prestasi muridnya ialah dengan cara guru ataupun wali kelas mengenali bakat dan minat murid tersebut, untuk mengenali bakat dan minat wali kelas ataupun guru tersebut dapat melakukan cara dengan mendekati siswa-siswi tersebut. Setelah cara itu terrealisasikan maka guru ataupun wali kelas dapat mengembangkan prestasi dari murid yang ada dikelasnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja prestasi peserta didik yang dapat dijadikan sebagai keberhasilan kepemimpinan guru ?

2. Bagaimana cara menggembangkan prestasi peserta didik ?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui prestasi-prestasi siswa yang dilakukannya dalam bidang kependidikan.

2. Mengembangkan prestasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara pendekatan kepada siswa/i serta mengenali minat dan bakat dari siswa/i tersebut.

KAJIAN TEORI

1. Evaluasi Program

Salah seorang yang paling dekat dengan murid adalah seorang guru, walaupun kepala sekolahlah yang memiliki kedudukan tertinggi di sekolah. Maka dari itu guru merupakan peran pengganti orangtua atau sering disebut orang tua kedua bagi anak-anak di ruang lingkup pendidikan atau sekolah. Selain dari itu masyarakat juga sangat berharap lebih kepada guru dalam bidang pendidikan serta minat belajar anaknya. Guru juga memiliki peran sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan evaluator. Selain peran guru yang begitu banyak, guru juga mempunyai tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Tugas guru yang terpenting ada tiga yaitu : tugas guru sebagai tenaga pendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya menjadi orangtua kedua. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan ialah harus menjadi panutan bagi masyarakat.

Untuk dapat melakukan peran dan tugas-tugas serta tanggung jawab guru memerlukan syarat-syarat untuk membedakan antara guru dan manusia-manusia yang lain pada umumnya. Guru harus memiliki syarat teknis, administratif, psikis dan fisik. Syarat empat diatas harus ada pada seorang guru, karena guru tidak hanya menjadi satu pandangan di sekolah, namun guru juga dapat menjadi pandangan bagi masyarakat ataupun orang tua murid. Guru juga harus sehat dalam psikis karena yang dihadapi seorang guru adalah murid-muridnya, guru yang sehat dalam psikisnya maka terbentuk jugalah murid yang berprestasi. Dalam hal prestasi peserta didik, guru dapat mendekatkan diri dengan murid dan mengenali minat dan bakat dari murid-murid yang dibinanya.

Untuk tercapainya prestasi-prestasi dari siswa/i yang dibimbing oleh guru, maka seorang guru harus mengetahui minat dan bakat pada anak didiknya. Mengamati kesenangan anak didik juga merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui minat dan bakat, membiarkan anak didik untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, membangun komunikasi yang baik kepada setiap anak didik yang dimiliki oleh seorang guru, melibatkan anak didik dalam setiap perlombaan baik dalam cabang sekolah maupun luar sekolah, membiarkan anak bersosialisasi dengan teman sebayanya, memotivasi anak untuk tidak pantang menyerah dan tetap semangat, memberikan anak dalam kebebasan untuk memilih apa yang disukai dan tidak disukainya, yang terakhir yang dapat dilakukan seorang guru adalah melakukan tes minat dan bakat.

2. Literasi

Keberhasilan Kepemimpinan Guru ialah hasil yang dicapai dari kepemimpinan seorang guru tersebut. Keberhasilannya dapat dinilai dari prestasi-prestasi siswa didiknya dan perkembangan dari kegiatan belajar mengajar seorang siswa/i tersebut. Sebelum guru dapat suatu keberhasilan dari kepemimpinannya, guru juga harus melakukan berbagai cara agar kepemimpinannya dinyatakan berhasil. Mulai dari pendekatan terhadap siswa/i nya untuk mengenal minat dan bakat dari siswa dan siswinya. Maka dari situ akan tercapai dan tercipta apa yang di minati dari siswa tersebut, jika minat dan bakat sudah diketahui maka guru dapat mengarahkan siswa/i ke arah yang diminatinya untuk mengikuti ajang lomba sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa/i tersebut.

Prestasi seorang siswa dapat tercapai dengan berbagai cara. Minat dan bakat yang sesuai dengan siswa/i juga merupakan salah satu faktor tercapainya prestasi yang akan di torehkan oleh seorang siswa/i tersebut. Setelah mengetahui minat dan bakat siswa tersebut, maka guru dapat mengarahkan dan memotivasi anak-anak yang terlibat dalam suatu perlombaan ataupun ajang agar prestasi tersebut dapat tercapai. Prestasi seorang siswa tidak hanya dapat diukur dalam suatu ajang ataupun lomba, prestasi yang dicapainya di kelas seperti rangking kelas, nilai terbaik, perkembangan belajarnya dari awal pertemuan hingga akhir juga merupakan salah satu prestasi yang dimiliki seorang siswa. Siswa tidak semudah itu memperoleh prestasinya, siswa selain memerlukan dukungan orangtua, ia juga memerlukan dukungan dari teman-temannya dan gurunya sendiri.

METODOLOGI PENELITIAN

METHODOLOGI

Desain Penelitian

Penelitian ini memakai pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis fenomena, peristiwa, sikap kepercayaan, dan persepsi atau pendapat seseorang atau kelompok terhadap sesuatu. Proses ini dimulai dengan dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam riset kemudian dijabarkan atau ditafsirkan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisiobjek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Penelitian ini juga bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistic, deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Semakin dalam penelitian suatu data yang di dapat maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian tersebut.

Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian, metode penilitan kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data, bukan kuantitas data. Penelitian kualitatif tidak terlalu fokus kepada angka atau nilai dalam pengukuran variabelnya. Penelitian ini tidak melakukan suatu pengujian menggunakan metode statistic. Penelitian ini juga tidak bergantung pada pengukuran numerik.

Patisipan/Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berfokus kepada guru-guru yang mengajar di MTs IT Pesantren An-Nadwa Binjai sebagai subjek dalam menilai keberhasilan kepemimpinan guru : melalui prestasi peserta didik. Subjek Penelitian merupakan staff-staff guru yang memiliki pengalaman menjadi pemimpin di dalam kelas lebih dari 5 tahun. Penelitian ini melakukan metode kuesioner atau membagikan pertanyaan berbentuk google form. Peneliti menerapkan metode penelitian dengan cara kuesioner dikarenakan situasi pandemi corona, hal ini dikarenakan staff-staff guru sekolah yang menerapkan WFH (work from home) kegiatan belajar mengajar dari rumah. Dengan mengambil beberapa sample guru sekitar 5 orang untuk mengisi kuesioner yang telah dibagikan, guru tersebut juga merupakan salah satu wali kelas atau yang pernah menjabat menjadi wali kelas pada tahun ajar sebelumnya.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif atau kuesioner. Penelitian ini merupakan merupakan hal-hal yang akan ditanyakan kepada subjek peneliti. Dalam kegiatan pengumpulan data atau kuesioner ini tidak terjadi suatu kendala, dikarenakan saya juga merupakan salah satu dari pengajar di MTs IT An-Nadwa. Dengan membagikan link pertanyaan kepada guru yang memiliki pengalaman dalam memimpin suatu kelas serta mendata prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh peserta didiknya. Jumlah pertanyaan yang diberikan sekitar tiga pertanyaan dengan jawaban uraian yang meminta pendapat dari berbagai guru tentang kepemimpinan guru di kelas dalam mendata prestasi-prestasi peserta didik. Dalam menjawab pertanyaan ini tidak diberi tenggang waktu, hanya meminta beberapa pendapat dari para pengajar yang pernah memimpin kelas dan menyaksikan prestasi peserta

didiknya.

Kuesioner adalah alat penelitian yang memiliki beberapa rangkaian pertanyaan yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi, respon dan pendapat dari para audience yang dilakukan secara tertulis. Dan ini sering dianggap sebagai wawancara tertulis. Pengumpulan informasi ini dalam jumlah besar sangatlah efektif, murah, relatif, dan efiesien. Pengumpulan data ini merupakan pengumpulan yang tergolong relatif cepat karena peneliti tidak perlu hadir pada saat pengisian kuesioner. Yang menjadi hambatan adalah bisa saja jawaban atau tanggapan yang dipaparkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini tidak lepas dari citra diri yang positif sehingga tanggapan yang diberikan bisa saja berbohong atau membengkokkan kebenaran agar jawaban yang diberikan terlihat bagus.

Analisis Data

Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Jadi penelitian ini, seorang peneliti atau saya sendiri merupakan salah satu instrumen kunci agar terlaksananya prosese tinjak lanjut ke tempat objek alamiah yang di teliti. Dimana jika sang peneliti tidak bergerak, maka hal yang akan di teliti tidak akan terlaksana dengan baik. Selain itu objek yang akan diteliti baik tempat ataupun orang yang akan di wawancarai memiliki waktu luang untuk di wawancarai dan memiliki kesediaan baik tempat ataupun waktunya. Maka jika hal tersebut sudah terlaksana maka akan dapat sebuah hasil penelitian, pendapat dan pemikiran dari objek yang telah di wawancarai oleh peneliti. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan gabungan, analisis, data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi, (Sugiyono, 2011). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif, (Saryono, 2010). Dengan dua pernyataan diatas dapat disimpulkan juga bahwa, peneliti turun langsung ke tempat yang akan dijadikan tempat untuk meneliti, setelah didapatkan hasil dari penelitian, hasil tersebut di gabungkan dan di analisis untuk dibuat menjadi data yang menekankan pada makna dari hasil penelitian.

TEMUAN DAN BAHASAN

Kepemimpinan guru, setiap guru harus memiliki sifat atau jiwa yang berkepimpinan. Jika seorang guru memiliki sifat kepemimpinan, maka guru tersebut akan tahu bagaimana caranya mendekati, memberi motivasi, mengarahkan serta membimbing anak didiknya dalam kegiatan belajar mengajar. Terutama guru yang menjadi seorang wali kelas, wali kelas merupakan orang tua kedua bagi peserta didik di lingkungan sekolah, dimana orang tua awal mereka adalah ibu dan ayah mereka sendiri yaitu di ruang lingkup keluarga. Maka dari itu kepemimpinan guru sangatlah penting dimiliki bagi guru yang menjadi seorang wali kelas atau memiliki tanggung jawab dalam membimbing anak-anak didiknya untuk melalui pendidikan selama setahun atau satu semester, baik kala tersebut ada ataupun tidaknya pergantian wali kelas. Pihak sekolah juga harus pandai dalam menempatkan guru yang profesional untuk dijadikan seoran wali kelas, maka jikalau pihak sekolah meletakkan guru yang belum memiliki jiwa kepemimpinan guru untuk dijadikan wali kelas, di takutkan akan terjadi tidak terarahnya anak-anak didik selama satu tahun ajaran. MTs IT Pesantren An-Nadwa Binjai, merupakan salah satu sekolah yang pertama kali berdiri di kota binjai yang menerapkan sekolah pesantren. Sekolah ini terletak di Jl. T. Umar No. 89, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara 20742. Yang mana sekolah ini terdiri atas TK-SD-SMP-SMA yang berlandaskan pesantren atau agama, yang mewajibkan bagi anak SMP dan SMAnya untuk bermukim di sekitaran pesantren/sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan selama 6 hari, karena sekolah ini berlandaskan agama, kegiatan sehari-hari siswa/i atau santri/wati ialah sholat berjamaah dimasjid, mereka juga melakukan puasa senin-kamis. Namun, mereka masih kurang dalam memahami teknologi, dikarenakan sekolah menerapkan untuk tidak membawa alat elektronik maupun komunikasi, siswa/i juga msih kurang dalam berbahasa walaupun sekolah menerapkan untuk memakai bahasa baik itu bahasa arab ataupun bahasa inggris.

Setelah penelitian berlangsung dan selesai melakukan observasi, wawancara dan mengambil dokumentasi yang perlu diambil atau yang dianggap penting. Maka peneliti memperoleh gambaran bahwa guru-guru An-Nadwa Binjai terkhusunya yang memimpin kelas atau menjadi wali kelas sudah memiliki jiwa kepemimpinan guru. Walaupun belum sepenuhnya, namun guru-guru masih mengikuti beberapa seminar dan masih mencari ilmu dan membaca soal yang namanya Kepemimpinan Guru. Untuk saat ini memang guru-guru An-Nadwa yang akan di jadikan wali kelas memang harus memiliki beberapa persyaratan yang sesuai dengan kurikulum pendidikan dan ajaran agama Islam, berikut beberapa syarat yang harus ada pada wali kelas di setiap kelas An-Nadwa; guru An-Nadwa harus memiliki syarat sehat baik psikis, dan rohani, memahami tentang agama islam dan ajarannya, memenuhi persyaratan melalui bidang administrasi, selain itu juga guru-guru yang akan di jadikan wali kelas sudah terlebih dahulu di amati oleh kepala sekolah untuk cocok atau tidaknya menjadi seorang wali kelas. Sekolah An-Nadwa Binjai juga menerapkan atau menilai keberhasilan dari kepemimpinan seorang guru dari prestasi peserta didiknya. Prestasi peserta didik di sekolah ini selain juara kelas, sekolah juga mengadakan lomba antar kelas, mulai dari lomba adzan, menghafal surah, puisi dan lomba berbahasa. Peserta didik juga pernah mengikuti ajang lomba tingkat kabupaten. Namun, jauh dari hal yang namanya prestasi peserta didik, pasti ada yang namanya dorongan, motivasi serta arahan dari yang namanya seorang guru. Guru-guru An-Nadwa juga diarahkan untuk mengenali minat dan bakat dari para peserta didiknya. Sebelum hal itu terlaksana, guru-guru An-Nadwa menerapkan dan melaksanakan beberapa tahap berikut agar terciptanya bakat dan minat peserta didik sesuai dengan kemampuan mereka yang terarah. Berikut beberapa tahap yang dilakukan dan diterapkan guru-guru An-Nadwa untuk mengenali minat dan bakat para peserta didiknya :

1. Guru-guru di An-Nadwa menerapkan cara memperhatikan kebiasaan dan perilaku dari peserta didiknya.

2. Memberikan kegiatan ekstra bagi peserta didik, melalui ekstrakurikuler yang ada disekolah seperti pramuka, tahfiz, tahsinul qur’an.

3. Memperhatikan tingkat kecerdasaan ataupun memantau nilai-nilai setiap mata pelajaran.

4. Memberikan peserta didik ruang eksplorasi untuk mengeksplor minat dan bakat mereka.

5. Memberikan dukungan positif, semangat dan arahan kepada setiap peserta didik.

Dari semua cara untuk mengenali minat dan bakat diatas yang telah di diskusikan juga serta dirapatkan dengan kepala sekolah dan berbagai guru. Maka akan timbul prestasi-prestasi siswa/i ataupun santri/wati baik secara tingkat antar kelas, kabupaten dan kecamatan. Namun dalam menjalankan dan untuk mewujudkan timbulnya minat dan bakat setiap peserta didik, sebagai seorang guru juga tidak harus memaksakan semua agar cepat untuk di tindak lanjuti. Namun semua itu berjalan semestinya sesuai dengan proses sampai hingga anak didik itu sendiri yang menemukan bakat dan minat mereka masing-masing. Setelah diketahui minat dan bakat anak maka guru dapat mengarahkan anak kepada ajang-ajang lomba yang telah diselenggarakan sesuai dengan kemampuan mereka. Selanjutnya biarkan anak berusaha semampunya, guru hanya dapat memberikan motivasi, dorongan dan saran agar anak memiliki sikap yang positif selama mengikuti ajang perlombaan mereka. Maka dari sinilah timbul salah satu sifat dari kepemimpinan seorang guru terhadap prestasi-prestasi peserta didiknya.

KESIMPULAN

Mengenai hal yang menyangkut tentang Kepemimpinan Guru dapat tergambarkan dari cara dan sikpa seorang guru dapat melakukan bimbingan, arahan serta motivasi pada anak-anak didiknya. Dalam mengarahkan seorang peserta didik guru juga harus memiliki kesabaran selain itu guru juga harus dapat memahami sifat ari berbagi peserta didiknya yang berada di dalam kelas. Sifat kepemimpinan guru tergambarkan bahwasannya guru tidak hanya terfokus pada satu siswa/i saja melainkan guru harus memberikan perhatian, motivasi, dorongan dan arahan secara merata ke setiap peserta didik yang ada di kelas, agar tidak timbul yang namanya sifat iri atau pun pilih kasih di antara peserta didiknya. Dari kepemimpinan guru yang berjalan dengan semestinya, maka guru dapat mengarahkan peserta didiknya kepada bakat dan minat mereka , dari bakat dan minat tersebut dapat diarahkan

untuk meraih yang namanya prestasi.

Prestasi seorang peserta didik tidak muncul dengan begitu mudahnya. Peserta didik juga harus diarahakan kepada hal-hal yang baik untuk mereka, sesuai dengan kemampuan dan minat bakat mereka. Hal-hal tersebut dapat diarahkan oleh orang tua mereka di sekolah yaitu guru. Selain guru orang tua mereka sendiri dalam lingkup keluarga dapat juga mengarahkan mereka. Namun dalam ruang lingkup pendidikan siswa/i lebih percaya diri jikalau mereka mendapat dukungan, arahan serta motivasi dari guru mereka yang membimbing dan mengarahkan mereka dalam menemukan dan menentukan minat dan bakat yang mereka miliki. Belum tentu siswa yang tidak pernah berprestasi di ajang perlombaan merupakan kesalahan dari kepemimpinan gurunya. Keberhasilan kepemimpinan guru tidak hanya diukur dari prestasi ajang perlombaan tingkat kabupaten, kecamatan maupun nasional. Melainkan keberhasilan kepemimpinan guru dapat dinilai juga dari prestasi-prestasi peserta didik yang dilakukan mereka di ruang kelas ataupun di ruang lingkup sekolah. Maka dalam hal ini keberhasilan kepemimpinan seorang guru dalam mewujudkan prestasi peserta didik di dalam kelas juga sangat penting, bahkan lebih penting. Karena sesuatu yang dimulai dari hal terkecil akan terwujudlah suatu prestasi yang besar pula.

REFERENSI

Allen, L. Q. (2018). Teacher leadership and the advancement of teacher agency. Foreign Language Annals, 51(1), 240–250. doi:10.1111/flan.12311

Angelle, P. S., & DeHart, C. A. (2011). Teacher Perceptions of Teacher Leadership. NASSP Bulletin, 95(2), 141–160. doi:10.1177/0192636511415397

Athanases, S. Z., Abrams, J., Jack, G., Johnson, V., Kwock, S., McCurdy, J., … Totaro, S. (2008). Curriculum for mentor development: problems and promise in the work of new teacher induction leaders. Journal of Curriculum Studies, 40(6), 743–770. doi:10.1080/00220270701784319

Criswell, B. A., Rushton, G. T., Nachtigall, D., Staggs, S., Alemdar, M., & Cappelli, C. J. (2018). Strengthening the vision: Examining the understanding of a framework for teacher leadership development by experienced science teachers. Science Education.

doi:10.1002/sce.21472

Djamarah, Syaiful Bahri. Kepemimpinan Guru dalam Meningkatkan Keefektifan. E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2007.

Fountas, I. C., & Pinnell, G. S. (2020). Literacy Leadership From the Classroom: Learning From Teacher Leaders. The Reading Teacher, 74(2), 223–229. doi:10.1002/trtr.1945

Greenier, V. T., & Whitehead, G. E. K. (2016). Towards a Model of Teacher Leadership in ELT: Authentic Leadership in Classroom Practice. RELC Journal, 47(1), 79–95. doi:10.1177/0033688216631203

Gul, T., Demir, K., & Criswell, B. (2019). Constructing Teacher Leadership Through Mentoring: Functionality of Mentoring Practices in Evolving Teacher Leadership. Journal of Science Teacher Education, 1–20. doi:10.1080/1046560x.2018.1558655

Howe, A. C., & Stubbs, H. S. (2003). From science teacher to teacher leader: Leadership development as meaning making in a community of practice. Science Education, 87(2), 281–297. doi:10.1002/sce.10022

Liljenberg, M. (2016). Teacher leadership modes and practices in a Swedish context – a case study. School Leadership & Management, 36(1), 21–40. doi:10.1080/13632434.2016.1160209

Liu, Y., Bellibaş, M. Ş., & Gümüş, S. (2020). The Effect of Instructional Leadership and Distributed Leadership on Teacher Self-efficacy and Job Satisfaction: Mediating Roles of Supportive School Culture and Teacher Collaboration. Educational

Management Administration & Leadership, 174114322091043. doi:10.1177/1741143220910438

Okilwa, N. S. A., & Robert, C. (2018). Teacher Leadership. The TESOL Encyclopedia of English Language Teaching, 1–6. doi:10.1002/9781118784235.eelt0875

Printy, S., & Liu, Y. (2020). Distributed Leadership Globally: The Interactive Nature of Principal and Teacher Leadership in 32 Countries. Educational Administration Quarterly, 0013161X2092654. doi:10.1177/0013161x20926548

Radinger, T. (2014). School Leader Appraisal - A Tool to Strengthen School Leaders’ Pedagogical Leadership and Skills for Teacher Management? European Journal of Education, 49(3), 378–394. doi:10.1111/ejed.12085

Szeto, E., & Cheng, A. Y.-N. (2017). Principal–teacher interactions and teacher leadership development: beginning teachers’ perspectives. International Journal of Leadership in Education, 21(3), 363–379. doi:10.1080/13603124.2016.1274785

Whitehead, G. E. K., & Greenier, V. T. (2019). Beyond Good Teaching Practices: Language Teacher Leadership From the Learners’ Perspective. TESOL Quarterly. doi:10.1002/tesq.526

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun