Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradoks Pendidikan: Tidak Menjamin Integritas dalam Praktiknya

5 Juli 2023   15:19 Diperbarui: 5 Juli 2023   15:23 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan karakter. Foto : Stokpic on pixabay

Perilaku menyimpang yang semakin marak akhir-akhir ini sangat memuakkan kita semua. Pelbagai penyimpangan yang terjadi secara nyata begitu menyayat hati, memekakan telinga, dan menyakitkan mata. Apa yang terjadi adalah para pelaku penyimpangan justru melibatkan individu-individu yang berpendidikan.

Pendidikan, yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter yang baik, telah menjadi paradoks dalam praktiknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin diharapkan perilaku yang baik, namun kenyataannya sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi saat ini.

Kasus korupsi melibatkan profesor, kasus bullying siswa yang melibatkan guru, kasus pencabulan santri yang melibatkan ustadz, dan berbagai perilaku buruk lainnya yang melibatkan individu-individu yang terdidik menjadi bukti nyata betapa rendahnya tingkat integrasi ilmu dan etika  dalam kehidupan nyata.

Di sisi lain, fenomena ini bukan hal yang baru. Penyimpangan integrasi ilmu pengetahuan sudah terjadi sejak lama, lazim disebut dengan kaum "sofis". Istilah "sofis" mengacu pada individu berpendidikan tinggi yang menjual ilmu dan keahliannya demi keuntungan pribadi, baik itu berupa materi maupun kekuasaan.

Meskipun pada awalnya istilah "sofis" merujuk pada para cendikiawan yang memiliki pengetahuan tentang filsafat dan ilmu lainnya, fenomena kaum sofis sebenarnya sudah ada sejak abad ke-5 SM. Selain kaum sofis, perilaku serupa juga dapat ditemui dalam cerita-cerita kuno, seperti pada zaman Fir'aun, di mana fenomena semacam ini juga diceritakan. Salah satu kisah yang terkenal adalah kisah Haman sebagai penasihat kerajaan Fir'aun. Dia digambarkan sebagai orang pintar yang memberikan nasihat kepada penguasa yang zalim (Fir'aun).

Hal ini menunjukkan bahwa paradoks integrasi ilmu dalam kehidupan telah lama terjadi. Orang yang memiliki pengetahuan yang baik belum tentu memiliki perilaku yang baik.

Pendidikan seharusnya menjadi sarana untuk membentuk individu yang memiliki integritas tinggi, namun kenyataannya kita masih dihadapkan pada kasus-kasus penyimpangan yang melibatkan orang-orang berpendidikan.

Acemoglu dan Robinson dalam bukunya, "Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty," menjelaskan bahwa ada hasrat para pemimpin untuk membatasi kemajuan suatu daerah demi mendapatkan legitimasi kekuasaan yang lebih lama. Para pemimpin ini seringkali adalah individu terdidik yang berkuasa di daerah tersebut.

Di berbagai wilayah di Indonesia, terutama daerah-daerah tertinggal, seringkali kita menyaksikan perilaku seperti ini. Individu-individu yang seharusnya menjadi garda depan dalam pembangunan dan perubahan malah terjerat dalam ambisi pribadi seperti korupsi, kolusi, nepotisme dan menggunakan wewenang dengan sewenang-wenang.

Otonomi daerah tidak serta merta menjamin kemajuan. Dalam praktiknya menjadikan penguasa lokal yang berkuasa lupa diri. Membentuk dinasti baru yang kerap kali menjadi akar masalah pembangunan suatu daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun