Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Usia Dijadikan Dasar Melegitimasi Kebenaran

14 April 2023   15:14 Diperbarui: 16 April 2023   14:17 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hormat kepada orangtua (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain itu, usia tidak bisa dijadikan tolak ukur kebenaran, sebab usia seseorang tidak menjamin perilakunya terpuji. Pasalnya, dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering menyaksikan orang yang lebih tua tidak mampu memberi keteladanan.

Ilustrasi memaksakan kehendak.  Foto: U-report
Ilustrasi memaksakan kehendak.  Foto: U-report

Dengan dalih usia yang lebih tua, orang yang lebih muda usianya harus memaklumi tingkah laku orang yang lebih tua. Meskipun memperlihatkan perilaku yang kurang terpuji.

Ungkapan yang paling sering diutarakan "saya duluan makan garam dari pada kamu", dan ucapan lain semisalnya. Muaranya tentu menunjukkan orang yang lebih muda tidak berhak menunjukkan nilai yang benar kepada yang lebih tua.

Dalam perubahan nilai luhur sekali pun, generasi muda selalu menjadi sasaran kambing hitam perilaku moral yang kurang terpuji.  

Kita pasti sering mendengar ucapan "anak-anak sekarang moralnya sangat rendah". Tidak ada tata krama, dan seterusnya.

Lalu kemudian muncul pertanyaan, "Bukankah kerusakan moral yang terjadi diakibatkan karena kurangnya keteladanan yang diberikan orang lebih tua? Bak kata pepatah "guru kencing berdiri, murid kencing berlari".

Menghormati yang lebih tua merupakan tradisi baik yang harus dipertahankan. Itu sebabnya, orang yang lebih tua seharusnya lebih terbuka, bukan memaksakan segala sesuatu yang tidak benar.

Harus diingat, satu keteladanan lebih baik daripada seribu nasihat.

Tingkah laku dan sopan santun yang baik selayaknya ditunjukkan terlebih dahulu sebelum memberikan nasihat kepada orang lain.

Sebagai kesimpulan, usia seringkali digunakan sebagai faktor legitimasi kebenaran, kita harus mempertimbangkan bahwa faktor ini sendiri tidaklah cukup. Kita harus memandang kebenaran melalui berbagai aspek seperti pengetahuan, pengalaman, dan pemikiran kritis. Hal ini penting agar kita dapat menghargai kontribusi dari berbagai generasi dan menciptakan budaya inklusif dan adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun