Usia seringkali menjadi dasar legitimasi kebenaran di banyak masyarakat. Kebiasaan ini terutama terlihat dalam budaya populer dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apakah usia yang seharusnya menjadi faktor utama dalam menentukan kebenaran?
Dalam beberapa budaya, orang yang lebih tua dianggap sebagai sumber pengetahuan yang lebih besar dan lebih bijaksana daripada orang yang lebih muda.Â
Ada keyakinan yang kuat bahwa karena mereka telah hidup lebih lama dan mengalami lebih banyak hal, mereka memiliki kebijaksanaan dan pengalaman yang lebih besar dalam menjalani kehidupan.Â
Keyakinan ini juga berlaku dalam lingkungan akademis, di mana profesor dan guru dianggap sebagai otoritas dalam bidang mereka karena pengalaman dan pengetahuan yang luas.
Namun, legitimasi kebenaran hanya berdasarkan pada usia dapat menjadi masalah. Ini karena faktor usia saja tidak cukup untuk menentukan apakah seseorang memiliki kebijaksanaan atau pengetahuan yang lebih besar daripada orang lain.Â
Ada orang yang lebih muda namun memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Selain itu, orang yang lebih tua juga dapat mengalami perubahan dalam pemikiran mereka seiring waktu, yang membuat pandangan mereka tidak selalu lebih bijaksana atau akurat.
Ketika kita mengandalkan usia sebagai satu-satunya faktor dalam menentukan kebenaran, ini juga dapat menciptakan diskriminasi terhadap orang yang lebih muda atau kurang berpengalaman.Â
Orang yang lebih muda dapat merasa tidak dihargai dan diabaikan, bahkan jika mereka memiliki ide yang baik dan pengetahuan yang luas. Hal ini dapat memicu ketidakadilan dalam banyak aspek kehidupan, seperti dalam dunia kerja atau politik.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak hanya memandang usia sebagai faktor tunggal dalam menentukan kebenaran. Kita harus mempertimbangkan berbagai faktor lain, seperti pengetahuan, pengalaman, dan pemikiran kritis.Â
Orang yang memiliki pandangan yang berbeda-beda dan latar belakang yang beragam harus diberikan kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka dan didengarkan tanpa diskriminasi. Kita harus menciptakan budaya yang inklusif dan menghargai kontribusi dari berbagai generasi.