Mohon tunggu...
Miftah RinaldiHarahap
Miftah RinaldiHarahap Mohon Tunggu... Lainnya - Partai Hijau Indonesia | New Native Literasi

Sedang bergerilya bersama @Partai Hijau Indonesia, @New Native Literasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Elegi Kota Padangsidimpuan: Sebuah Upaya untuk Menunda Kehancuran

3 Februari 2025   09:52 Diperbarui: 3 Februari 2025   09:52 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apatisme - Hedonistik" adalah sebuah keadaan masyarakat yang sudah tidak peduli lagi dengan realitas sosial - politik dan hanya fokus untuk mencari kenikmatan individu secara berlebihan. Sebenarnya, sikap ini adalah sebuah reaksi kekecewaan warga yang telah bertumpuk - tumpuk kepada penyelenggara pemerintahan. 

Walaupun demikian sikap ini tetaplah buruk untuk kelangsungan hidup sebagai warga. Mengapa demikian? Hal itu karena semakin sikap ini tumbuh subur maka semakin tidak ada solidaritas diantara sesama warga dan  keadilan  pun lenyap dari ruang publik. 

Lalu,sikap ini yang kemudian melahirkan apa yang disebut oleh filsuf perempuan Jerman, Hanna Arendt sebagai "banalitas kejahatan." Banalitas kejahatan adalah sebuah keadaan dimana warga menormalisasi setiap tindakan ketidakadilan. Menormalisasi setiap tindakan ketidakadilan sama dengan membiarkan kejahatan merajalela. Sedangkan, menormalisasi setiap tindakan kejahatan sama dengan menormalisasi dan melanggengkan penderitaan. 

Lantas, akan sampai kapan sikap ini akan dipertahankan? Apakah sampai Kota Padangsidimpuan hancur dan dinyatakan sebagai kota gagal? Apalagi dua problem utama yang saya sampaikan diawal adalah dua hal yang mungkin membuat kota Padangsidimpuan menjadi kota gagal. 

Saya tidak akan memberikan solusi bagaimana cara menghilangkan sikap ini karena saya selalu percaya bahwa setiap warga yang ada di kota Padangsidimpuan pasti tau solusinya. Terakhir, saya ingin mengingatkan bertindaklah jangan hanya mengumpat. Sampaikan umpatan itu di hadapan penguasa yang membuat kalian larut dalam penderitaan yang tak berkesudahan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun