Atas Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang
Otak manusia selalu memancarkan gelombang yang berbeda dalam setiap kondisi. Gelombang tersebut dibagi menjadi:
• Beta (14 – 100 Hz): dalam frekuensi ini seseorang dalam kondisi terjaga atau sadar sepenuhnya dan pikiran didominasi oleh logika. Saat dalam frekuensi ini, otak kiri sedang aktif digunakan untuk berpikir, konsentrasi, dan sebagainya. Gelombang tinggi ini merangsang otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norefinefrin yang menyebabkan rasa cemas, khawatir, marah, dan stres.
• Alfa (8 – 13,9 Hz): dalam frekuensi ini seseorang dalam kondisi rileks, melamun, atau berkhayal. Gelombang ini adalah “pintu masuk” alam bawah sadar. Anak balita gelombang otaknya selalu dalam frekuensi ini, itulah kenapa mereka sangat cepat mempelajari sesuatu. Dalam gelombang ini otak memproduksi hormon serotonin dan endofrin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang, dan bahagia. Hormon tersebut juga menyebabkan imunitas tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak jantung menjadi stabil, dan kapasitas indra kita meningkat.
• Theta (4 – 7,9 Hz): dalam frekuensi ini seseorang dalam kondisi pikiran yang sangat kreatif dan inspiratif. Kondisi ini adalah kondisi sedang bermimpi. Dalam gelombang ini otak memproduksi hormon melatonin, catecholamine, dan AVP (Arginine-Vasopressin). Pada gelombang ini seseorang akan khusyuk, rileks yang dalam, pikiran hening, dan intuisi muncul.
• Delta (0,1 – 3,9 Hz): frekuensi terendah memancar ketika seseorang sedang tidur pulas tanpa mimpi, tidak sadar, tak bisa merasakan badan, dan tidak berpikir. Dalam gelombang ini otak mengeluarkan hormon HGH (Human Growth Hormone/hormon pertumbuhan) yang bisa membuat orang awet muda. Jika seseorang tidur dengan kualitas delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski hanya tidur beberapa menit saja, namun ketika terbangun akan merasakan tubuh yang sangat segar.
Jadi, tinggal pilih:
A. Selalu sadar tapi cemas, khawatir, dan stres.
B. Selalu rileks, nyaman, tenang, dan bahagia.
C. Membuang waktu dengan tidur 8 jam sehari, atau
D. Membuang waktu dengan mengfungsikan keempat gelombang tersebut berdasarkan fungsinya masing-masing pada tempat dan saat yang tepat, baik, dan benar?
Namun, apapun pilihan Anda, kita tidak akan membahas hal tersebut, yang akan kita kita bahas adalah pertanyaan berikutnya. Yaitu, apa hubungan antara “berkomunikasi dengan bumi” dengan keempat gelombang diatas?
Bumi, sama halnya dengan otak manusia, juga senantiasa memancarkan gelombang dengan frekuensi tertentu. Dengan kata lain, bumi juga mempunyai “otak”. Frekuensi yang digunakan oleh bumi dikenal dengan sebutan Schumann Resonances (7 – 8 Hz {tepatnya pada frekuensi 7,83)/transisi antara Alfa dan Theta). Jika kita dapat menstabilkan gelombang otak kita sama dengan gelombang otak yang dimiliki bumi, maka kita akan dapat “berkomunikasi dengan bumi”.
* Apa untungnya “berkomunikasi dengan bumi”?
Bumi adalah sebuah “kehidupan” yang mempunyai sistem pengaturan diri yang kompleks. Dan kita adalah “bagian” dari sistem tersebut. Analogi yang mudah untuk menjabarkan hal tersebut adalah, diibaratkan bumi adalah sebuah mesin jam mekanik yang didalamnya terdapat beberapa komponen meliputi sumber energi, gir (besar; jam, sedang; menit, dan kecil; detik), dan juga cover sebagai pelindung sekaligus sebagai hiasan untuk mesin mekanik tersebut. Dalam pengoperasiannya, jam mekanik tersebut dapat bergerak karena adanya sumber energi yaitu baterai ataupun pegas sentifugal yang menggerakkan gir kecil, kemudian gir kecil menggerakkan gir sedang, dan gir sedang menggerakkan gir besar. Pada gerakkan seperti itu tiap-tiap komponen harus “saling berkomunikasi” supaya tidak ada “penolakkan” dari salah satu atau lebih komponen (misal gir sedang tidak mau menerima pergerakkan dari gir kecil karena pelumasnya kering sehingga pergerakkan menjadi macet), karena jika ada penolakkan maka sistem mekanik tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik dan benar.
Dalam hal ini, otak manusia adalah sebagai “sumber energi” untuk menggerakkan gir kecil, gir kecil menggerakkan gir sedang, dan gir sedang menggerakkan gir besar (ketiga gir adalah “sistem lain” dalam bumi). Dalam pergerakkan inipun juga harus ada “komunikasi” yang baik dan benar antara manusia dengan apa yang digerakkannya yaitu sistem bumi. Karena jika tidak ada komunikasi yang baik dan benar, maka yang terjadi adalah kehancuran salah satu atau lebih komponen yang berakibat pada hancurnya komponen lain (itulah sebuah sistem, rusak satu, maka yang lain akan kena imbasnya). Jadi, kita sebagai “penggerak” dari gir-gir tersebut harus berkomunikasi dengan gir-gir tersebut supaya pergerakkannya menjadi mulus dan indah.
* Lantas, bagaimana untuk berkomunikasi dengan bumi?
Sederhana, sama halnya jika kita ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, yang diperlukan hanyalah kesamaan bahasa. Dan indahnya, tadi kita sudah sama-sama membahas tentang “bahasa” yang dipergunakan bumi untuk “berkomunikasi”. Ya, frekuensi, kita dapat “berkomunikasi dengan bumi” melalui frekuensi, karena itulah “bahasa” yang “dipahami oleh bumi”. Posisikan frekuensi otak saudara sama dengan frekuensi “otak bumi”. Tentang caranya, carilah hikmah saudara sendiri berdasarkan ilmu yang telah Allah ajarkan kepada saudara, dan semoga keempat gelombang yang saya terakan diawal note ini dapat membantu saudara menemukan hikmah saudara. Amien.
Ada tertulis:
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” [lukas 11:9]
“…Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,…” [QS. Al Baqarah, 2:186]
“Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Mendengar doa.” [QS. Ibrahim, 14:39]
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” [QS. Al Mu’min, 40:60]
“Berdoalah kepada Allah, dan yakinlah doa kalian dikabulkan…” [Muhammad SAW]
“Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.” [Muhammad SAW]
Semoga sedikit uraian di atas dapat membantu untuk menemukan hikmah masing-masing dari kita, dan semoga hikmah masing-masing dari kita adalah hikmah yang sama seperti hikmah orang-orang yang dahulu telah Allah beri nikmat kepada mereka; bukan (hikmah) mereka yang dimurkai dan bukan (pula hikmah) mereka yang sesat. Amien
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H