Mohon tunggu...
Rina Kurniawati
Rina Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Politeknik Sahid Jakarta

Dosen Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerentanan dan Daya Lenting Pariwisata

2 Agustus 2021   00:46 Diperbarui: 2 Agustus 2021   00:49 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sektor wisata menjadi bagian dari industri, yang tentunya mengarah pada produktifitas pada sektor ekonomi untuk meningkatkan benefit dari pengelolaannya, hasil dari pengelolaan kawasan wisata dengan optimal. 

Sebelum terjadinya pandemi, kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan daerah maupun pusat sangat besar, selain sektor migas, dan sebagainya. 

Pariwisata mampu menjadi salah satu sektor sumber devisa negara.  Sejalan perkembangan pariwisata, perhatian terhadap lingkungan sekitar dan  monitoring dalam rangka menciptakan wisata yang berkelanjutan, baik secara ekologis maupun non ekologis pun penting dilakukan.

Kerentanan sektor pariwisata di Indonesia terhadap berbagai tantangan eksternal, termasuk diantaranya dampak perubahan iklim, pandemi, bencana alam, sosial-ekonomi, dan disrupsi teknologi merupakan tantangan besar yang harus dihadapi dalam keberlanjutan sektor pariwisata. 

Berdasarkan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu, misalnya bencana tsunami yang terjadi di provinsi Banten di akhir tahun 2018 dan pandemi yang mulai di awal tahun 2020, menunjukkan bahwa sektor pariwisata tidak pernah siap dalam menghadapi bencana tersebut. Adapun kerugian yang ditimbulkan dari kerentanan pariwisata tersebut akan sangat merugikan misalnya kesan negatif, kehilangan pendapatan dan mata pencharian, dsb.

Pariwisata secara umum disebut memiliki daya lenting yaitu kemampuan untuk beradaptasi menghadapi perubahan yang terjadi. Pariwista memiliki interdependensi dengan elemen (sosial-ekonomi-dan lingkungan) diluar sistem parwiisata itu sendiri dan ketika dihadapkan dengan perubahan, elemen dalam sistemmemiliki  kapasitas untuk mengatur ulang diri mereka untuk lebih beradaptasi dengan lingkungan saat ini. 

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, kunjungan wisatawan internasional cenderung kembali pulih walaupun ditempa beberapa krisis dan bencana (september 11, tsunami, bom bali, krisis ekonomi global). 

Dampak krisis dan bencana relatif singkat dalam memori wisatawan. Begitupun, dengan dilonggarkannya aturan pembatasan perjalanan memacu kembali pergerakan perjalanan wisata dan menghidupkan roda ekonomi. 

Kegiatan wisata pun merupakan kebutuhan hak azazi manusia, baik fisik, kognitif dan spiritual. Sehingga, minat dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata akan selalu ada.

Belajar dari pengalaman yang telah dihadapi sektor pariwisata, bahwa kerentanan sektor pariwisata ini memaksa perubahan cara pandang dan cara pengelolaan kepariwisataan. Sektor ini akan terangkat apabila didukung dengan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang stabil. 

Selain itu, perjalanan bukan kebutuhan yang primer sehigga masih dapat ditunda dan tidak menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, kepariwisataan tidak dapat dilihat secara sempit, tetapi perlu juga melihat kondisi makro, dan dalam pengelolaan harus mampu menavigasikan cara dan tujuan dengan berbagai tantangan yang ada. 

Apa yang terjadi tidak mudah diprediksi, permasalahan dampak negatif pariwisata, seperti overtourism, dalam sekejap menjad 'no tourism'. Penting sekali perubahan disikapi dengan bijaksana, optimisme, dan tindakan strategis. Flexibilitas dan kreativitas menjadi sangat penting dalam situasi yang cepta berubah.

Walaupun pariwisata paling banyak terkena dampak. Namun penting disadari bahwa sektor pariwisata mampu turut memberikan solusi, ketimbang menjadi korban. Walaupun peran pemerintah memberikan bantuan tidak dapat di elakkan. Terdapat beberapa contoh daya tahan dan inovasi sektor pariwisata memberikan kontribusi terkait dengan dampak pandemi yang dihadapi masyarakat. Misalnya diberbagai belahan dunia, para pelaku pariwisata senantiasa melakukan inovasi untuk dapat melalui tantangan yang dihadapi. Beberapa inovasi yang dilakukan dapat dijadikan contoh bagi pelaku usaha lain.  

Pengusaha minuman beralkohol membantu penanganan pandemi dengan menjual hand sanitizer. Di karenakan berkurangnya permintaan minuman alkohol dikarenakan pembatasan mobilitas masyarakat dan meningkatnya permintaan untuk menyediakan fasilitas kesehatan. Perusahaan minuman, melakukan inovasi dengan merubah produk minuman beralkohol menjadi hand sanitizer.

Pengusaha hotel yang sepi dari tamu,  menawarkan bantuan memberikan penginapan bagi tenaga medis. Walaupun tidak mendapatkan pendapatan namun hal ini membantu penanganan pandemi dan meningkatkan citra positif dan membantu percepatan penangan pandemi. Selain itu, HRD hotel dapat turut membantu dan menyalurkan pekerjaan alternatif bagi karyawannya yang harus dirumahkan.

CEO dan manager perusahan pariwisata melakukan pemotongan gaji dalam menghadapi keadaan sulit.  Dalam hal ini, senior Manajer memberikan contoh kepemimpinan dalam masa sulit untuk melindungi karyawannya. 

Pengusaha makanan dan minuman memberikan kontribusi dengan fokus memberikan pelayanan take-away, menyediakan makanan sesuai dengan protokol kesehatan dengan dibantu sistem aplikasi yang mempermudah proses penjualan. 

Pekerja pariwisata yang tidak bekerja, juga mau tidak mau melatih keterampilannya di bidang hal baru atau dengan melakukan usaha-usaha non-pariwisata, seperti melakukan usaha e-commerce.

Dengan adanya online operator, seperti airbnb, pelaku pariwisata merubah tour dan aktivitas perjalanan menjadi online. Kegiatan-kegiatan seperti belajar keterampilan tertentu dapat dilakukan dan dijual secara virtual.

Berbagai events, tetap dapat dilaksanakan secara virtual, walaupun tidak terdapatnya penonton, namun kegiatan virtual masih dapat dinikmati dirumah.

Pengrajin seni tidak dapat menjual barang secara langsung, namun barang-barang dijual dengan melalui e-commerce.

Peranan airlines memberikan free cancellation fee dalam pemesanan tiket perjalanan, memudahkan pelancong yang sewaktu-waktu harus melakukan perubahan jadwal penerbangan. Selain itu, peran transportasi udara membantu dalam distribusi logistik.

Sekolah-sekolah pariwisata melakukan perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan dari face-to-face ke virtual, dan menyelenggarakan kegiatan seminar dan pendidikan secara online lebih intensif. Walaupun kegiatan virtual memiliki beberapa kekurangan, namun hal ini di lakukan dalam menghadapi situasi yang terjadi.

Para pekerja pariwisata yang dirumahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar bidang pariwisata, seperti menjadi bertani atau menjadi nelayan. Hal ini pun dapat memberikan keseimbangan dari kegiatan pariwisata yang semakin menyisihkan sektor lain seperti pertanian. Selain itu, sifat pekerjaan pariwisata dalam memberikan pelayanan dapat di diaplikasikan dibidang lain diluar pariwisata, seperti kesehatan, retail, manufacture, dsb.

Dalam kesulitan yang terjadi, ditemukan kegotong-royongan dan saling bantu-membantu satu sama lain. Bahwa manusia dapat menghadapi berbagai tantangan yang terjadi. Namun, sektor pariwisata tidak harus menjadi korban dari situasi yang ada, tapi juga turut proaktif membantu dalam memberikan solusi yang dihadapi. 

Dampak perubahan tidak sama, dalam kasus pandemi ini terdapat beberapa kesempatan untuk membangun kepariwisataan menjadi lebih kuat lagi. 

Dalam menghadapi perubahan yang terjadi tiba-tiba, respon menghadapi keadaan dapat menentukan dampak yang dihadapi. Flexibilitas dan kreativitas perlu dilakukan agar dapat bertahan dalam masa-masa sulit. 

Dampak pandemi memberikan kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi agar membangun sistem organisasi atau masyarakat memiliki daya lenting untuk bangkit menjadi lebih baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun