Sekolah-sekolah pariwisata melakukan perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan dari face-to-face ke virtual, dan menyelenggarakan kegiatan seminar dan pendidikan secara online lebih intensif. Walaupun kegiatan virtual memiliki beberapa kekurangan, namun hal ini di lakukan dalam menghadapi situasi yang terjadi.
Para pekerja pariwisata yang dirumahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar bidang pariwisata, seperti menjadi bertani atau menjadi nelayan. Hal ini pun dapat memberikan keseimbangan dari kegiatan pariwisata yang semakin menyisihkan sektor lain seperti pertanian. Selain itu, sifat pekerjaan pariwisata dalam memberikan pelayanan dapat di diaplikasikan dibidang lain diluar pariwisata, seperti kesehatan, retail, manufacture, dsb.
Dalam kesulitan yang terjadi, ditemukan kegotong-royongan dan saling bantu-membantu satu sama lain. Bahwa manusia dapat menghadapi berbagai tantangan yang terjadi. Namun, sektor pariwisata tidak harus menjadi korban dari situasi yang ada, tapi juga turut proaktif membantu dalam memberikan solusi yang dihadapi.Â
Dampak perubahan tidak sama, dalam kasus pandemi ini terdapat beberapa kesempatan untuk membangun kepariwisataan menjadi lebih kuat lagi.Â
Dalam menghadapi perubahan yang terjadi tiba-tiba, respon menghadapi keadaan dapat menentukan dampak yang dihadapi. Flexibilitas dan kreativitas perlu dilakukan agar dapat bertahan dalam masa-masa sulit.Â
Dampak pandemi memberikan kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi agar membangun sistem organisasi atau masyarakat memiliki daya lenting untuk bangkit menjadi lebih baik.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H