Dari konflik ini dapat kita ketahui bahwa warga Jalan Rajawali 1 dan warga Jalan Belibis tidak dapat menyelesaikan konflik yang mereka miliki dengan benar. Hal ini dapat terlihat dari tindakan yang kedua pihak yang akhirnya melakukan tindakan kekerasan yaitu saling melemparkan batu.
Awal dari konflik ini terjadi karena warga Jalan Belibis yang merasa terganggu dengan adanya warung tuak yang dimiliki oleh salah satu warga Jalan Rajawali 1. Maka untuk menangani masalah ini, warga Jalan Belibis melakukan mediasi atau gaya manajemen konflik akomodasi dengan pemilik warung tuak tersebut dan memanggil pihak-pihak tertentu untuk menjadi mediator perbincangan mereka ini. Mediasi ini dilakukan agar pemilik tuak segera membongkar sendiri warungnya.Â
Namun, walaupun mediasi ini telah dilakukan, pemilik warung tuak itu tidak mengindahkan hasil mediasi tersebut dan tetap menciptakan keributan pada malam hari. Setelah itu, karena warga Jalan Belibis merasa dirugikan, maka mereka meminta pihak penegak hukum untuk turun mengatasi masalah ini dan menutup warung tersebut.Â
Tapi karena tidak terima diperlakukan seperti itu pemilik warung tuak tersebut akhirnya marah dan timbullah konflik baru, para warga Jalan Rajawali yang juga turut emosi dengan sikap warga Belibis yang melaporkan agar warung tuak itu ditutup kemudian terjadilah keributan hingga kedua pihak saling melakukan lempar batu.
Dari kasus ini, kedua bela pihak seharusnya dapat menyelesaikan masalah mereka dengan cara-cara yang tepat sehingga tidak menciptakan adanya pertikaian seperti ini. Sejak awal konflik ini terjadi, warga Jalan Belibis sudah melakukan mediasi dengan meminta bantuan pihak ketiga yaitu pihak penegak hukum agar dapat memberikan solusi yang tepat atas masalah yang dialami.Â
Namun karena pemilik warung tuak tidak terlalu memedulikan hasil mediasi ini akhirnya timbullah konflik yang lebih besar. Konflik ini seharusnya dapat dibicarakan secara kekeluargaan atau manajemen konflik kolaborasi sehingga kedua bela pihak saling diuntungkan dengan solusi yang didapatkan bersama.
Dari konflik tersebut, kita dapat mengetahui bahwa konflik dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sebuah konflik juga dapat terjadi karena ada api yang memantiknya, seperti kata pepatah, "Dimana ada asap di situ ada api". Maka kita juga perlu menjauhi tindakan yang kiranya dapat menyakiti perasaan orang lain serta melakukan komunikasi yang baik dan benar sehingga konflik dapat terhindarkan. Namun jika sebuah konflik sudah terjadi maka kita dapat melakukan manajemen konflik sehingga masalah dapat diselesaikan dengan tepat.Â
Daftar Pustaka
Baldwin J. R., Coleman R. R. M., Gonzlez A., Packer S. S. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. Chichester, West Sussex: Wiley Blackwell.Â
DeVito, J. A. (2018). Human communication: The basic course (14th ed.). United States of America: Pearson.
Putri, A. (2020, Mei 22). Letak dan Luas Indonesia. Kompas.com. Â