Konflik ataupun beban hidup mungkin pada awalnya begitu meluluhlantakan. Tetapi dengan harapan, beban tersebut mampu menjadi sesuatu yang sangat berarti untuk yang mengalami dan menanggungnya. Seperti analogi mengenai cahaya putih yang “dirusak” kesimetriannya tatkala dipantulkan kedalam prisma segitiga. Cahaya putih itu menjadi terurai, tidak utuh, pecah. Ternyata dari ketidakutuhan tersebut tampak keindahan warna-warni yang kaya. Kerusakan pada akhirnya tak melulu sebagai kegagalan total yang tak termaafkan. Namun ia adalah sarana untuk mengurai dan melihat warna-warni kehidupan yang indah, untuk melihat fenomen secara lebih jujur, terbuka.[]
[1] Heidegger dan Mistik Keseharian; Suatu Pengantar Menuju Sein und Zeit, F. Budi Hardiman, Penerbit KPG, Cetakan Pertama, September 2003, hlm. 16.
[2] Ibid., hlm. 21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H