Mohon tunggu...
Rina Aprilia
Rina Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Kanjuruhan Malang

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Petanda dan Penanda dalam Novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

13 Januari 2025   14:34 Diperbarui: 13 Januari 2025   14:34 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Melalui teori semiotikanya Ferdinand de Saussure, memperkenalkan konsep tanda yang terdiri dari dua elemen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda merujuk pada bentuk fisik suatu tanda, seperti kata, suara, atau simbol yang dapat diamati secara langsung. Sementara itu, petanda adalah konsep atau makna yang direpresentasikan oleh penanda tersebut, yang dipahami dalam pikiran manusia.

Hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara bentuk fisik tanda dengan makna yang disepakati oleh masyarakat. Misalnya, kata "rumah" dalam bahasa Indonesia berbeda dengan "house" dalam bahasa Inggris, tetapi keduanya memiliki makna yang sama.Konsep ini dapat diterapkan untuk menganalisis berbagai aspek kehidupan, termasuk bahasa, budaya, dan sastra.

Dalam karya sastra, penanda bisa berupa kata-kata, simbol, atau citraan yang digunakan oleh penulis. Petanda yang muncul adalah interpretasi pembaca terhadap makna yang tersirat dalam teks. Misalnya, dalam sebuah cerita, bunga mawar merah bisa menjadi penanda, sementara petandanya mungkin melambangkan cinta, gairah, atau bahkan pengorbanan, tergantung pada konteks cerita tersebut. Melalui pendekatan semiotika ini, Saussure menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sistem tanda yang kompleks. Pemahaman terhadap hubungan penanda dan petanda membantu kita melihat bagaimana makna diciptakan, dikonstruksi, dan dipahami dalam konteks sosial dan budaya tertentu, sehingga memperkaya wawasan kita terhadap dunia simbolis di sekitar kita.

Berikut adalah analisis dalam konteks novel Larasati:

1.Petanda: "Kemerdekaan bukan hadiah, melainkan darah dan nyawa yang dipertaruhkan oleh bangsa ini." (Larasati, Pramoedya Ananta Toer). Kutipan ini mencerminkan konsep perjuangan yang menjadi inti cerita dalam Larasati. Penanda berupa kata "darah" dan "nyawa" menandai pengorbanan besar yang diperlukan untuk mencapai kemerdekaan. Petanda dari kutipan ini adalah makna mendalam tentang harga yang harus dibayar untuk kebebasan sebuah bangsa.

2. Penanda:

a. "Perempuan itu hanya pelengkap di dunia ini, kata orang. Tapi aku tak ingin menjadi sekadar pelengkap. Aku ingin berdiri sejajar." (Larasati, Pramoedya Ananta Toer)

Penanda berupa kalimat "aku tak ingin menjadi sekadar pelengkap" menegaskan perjuangan Larasati sebagai perempuan yang ingin melampaui batasan tradisional. Petandanya adalah kritik terhadap patriarki dan keinginan untuk kesetaraan gender.

b. "Tanah air ini adalah ibu. Bagaimana kau bisa mengkhianati ibu kandungmu sendiri?" (Larasati, Pramoedya Ananta Toer)

Penanda berupa metafora "ibu" menggambarkan hubungan emosional antara bangsa dan warganya. Petanda yang muncul adalah nasionalisme yang mendalam dan rasa tanggung jawab untuk menjaga keutuhan dan martabat bangsa.

c. "Para tuan masih berkuasa, hanya warna kulitnya yang berbeda." (Larasati, Pramoedya Ananta Toer)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun