Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisah Ketangguhan dari Anggrek Merpati

26 September 2023   05:27 Diperbarui: 26 September 2023   05:42 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) - Dokumentasi pribadi

Di kota pegunungan ini, aku lebih banyak melihatnya menangis. Sesekali dia cerita padaku. Namun, karena permasalahan yang merundungnya, dia kerap mengabaikan kami. Seoalah kami tak ada, hanya hilir mudik sembari komat-kamit. Panjatan doa kepada Maha Kuasa. Puncaknya, ketika dia malah memindahkanku ke tanah.

Aku berteriak, "Hei, cantik... Kamu itu kenapa? Aku itu epifit... kenapa ditanam di tanah yang malah terus disirami dengan air. Akar-akarku mulai busuk..."

Tapi, entah apa yang menutup telinganya.

Aku mencoba terus bertahan, meski batang-batangku mulai keriput. Daun-daunku layu mengerut. Akarku satu per satu membusuk. Rimpang tempat ku bersandar pun mulai kisut. Aku takut seperti lagi aku tak akan pernah melihatnya lagi.

"Apapun masalah yang menimpa kamu semoga Tuhan segera mencabutnya."

***

Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) - Dokumentasi pribadi
Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) - Dokumentasi pribadi

Mentari begitu hangat. Hujan yang belum kunjung datang membuatku bertahan dari serangan organisme tanah yang akan mempercepat pembusukanku. Si cantik merentangkan kedua tangannya. Wajahnya menghadap sang seroja. Senyumnya manis sekali. Senyum yang lama tak kulihat itu akhirnya kembali merekah.

Matahari itu kembali bersinar. Usai sekian lama awan menutupinya. Matahari, kadang aku begitu memanggilnya. Karena aku tahu, dia suka sekali dengan matahari.

Aku terus menatapnya. Kedua tangannya meraih pot dimana aku berada. Raut mukanya menampakkan penyesalan. Akhirnya, dia menyadari kalau aku hampir mati.

Aku suka belaiannya. Penuh hati-hati, ia memindahkanku. Entah berapa kali, ia mengucapkan permintaan maaf. Campuran batu alam, humus, dan batu bata merah. Dia memilih media itu untuk mengganti pohon, habitat dimana aku seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun