Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Suami-Istri Beda Hari Pertama Puasa?

2 April 2022   05:25 Diperbarui: 2 April 2022   05:31 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Novel Kambing dan Hujan (Koleksi pribadi)

Tahun 1443 Hijriah ini, lagi, beda hari pertama berpuasa Ramadhan. Sebenarnya, perbedaan itu setiap tahun ada. Namun, semua menjadi luar biasa jika yang berbeda dengan pemerintah itu ada di antaranya dijalankan oleh organisasi Islam dengan massa yang besar, sebut Muhammadiyah.

Sebelumnya, berbicara ketidaksamaan ini mengingatkanku pada Novel "Kambing dan Hujan" karya Mahfud Ikhwan. Novel yang memenangkan Sayembara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2014 ini secara garis besar berkisah tentang hal klasik namun selalu menarik antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Kenapa jadi membawa NU, karena biasanya NU senada dengan pemerintah dalam menjalankan awal puasa Ramadhan.

Diceritakan, seorang pemuda Muhammadiyah dan muslimah NU saling menaruh rasa. Namun, kebuncahan tersebut terganjal karena perbedaan pandangan dan restu orang tua. Masing-masing orang tua dituturkan merupakan orang yang berpengaruh di organisasi tersebut. Masalah semakin pelik ketika mereka berjumpa dengan hari Lebaran yang tidak berbarengan.

Kalau, Kalian memang ingin mengenal kedua organisasi ini lebih dalam dan "tanpa menghakimi", aku sangat merekomendasikan buku terbitan Bentang Pustaka ini. Kalian harus meninggalkan terlebih dahulu "identitas" apabila memang kebetulan menjadi pengikut salah satu organisasi Islam dengan basis massa terbesar di Indonesia tersebut. Semata-mata agar bisa melihat dengan obyektif.

"Novel yang menarik dan mengalir, enak dibaca" --Ahmad Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah.

Lalu, sebenarnya, aku suka novel ini, karena memang berhubungan sama aku. Aku condong ke Muhammadiyah dan suamiku cenderung ke NU. Bedanya, kedua orang tua kami bukan orang berpengaruh di organisasi tersebut. Latar belakang pendidikan-lah yang membuat kami secara otomatis menganggap diri kami bagian dari organisasi tersebut.

Aku, enam tahun menempuh pendidikan menengah di Muhammadiyah. Suami, enam tahun menimba ilmu di pondok pesantren dibawah NU. Kemudian kami sama-sama masuk universitas negeri, walau tidak sama perguruan tinggi-nya. Dia di Bandung, aku di kota pelajar.

Lantas usai menikah, siapa ikut siapa?

Biasa saja. Apakah kami saling membenarkan antara Muhammadiyah dan NU. Siapa yang lebih baik. Tidak. Sebagaimana Miftah dan Fauziyah, kedua tokoh novel "Kambing dan Hujan" yang aku baca justru sesudah menikah. Keduanya, tetap sholat subuh jamaah meski Miftah tidak membaca qunut. Saat subuh bersama pun suami tetap membaca qunut, aku tidak.

Sepertinya, pengalaman selama di kampus membuat kami jauh dari fanatik. Di kampus, kami berbaur dengan siapapun, bertemu banyak organisasi Islam dan berkawan dengan di antaranya, termasuk dengan pemeluk agama lain. Kami saling menghargai pendapat dan keyakinan masing-masing.  

Ketika bertemu awal Ramadhan yang berbeda

Awal bulan mulia tidak berbarengan di Indonesia disebabkan karena perbedaan pendekatan dalam penentuan 1 Ramadhan. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan pada bumi atau kalender lunar. Tahun 1 Hijriah ditentukan berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Sedangkan penanggalan Masehi merujuk pada pergerakan matahari atau kalender solar yang dimulai pukul 12 malam. Setiap tahunnya ada selisih 11-12 hari antara penanggalan tersebut dengan jumlah hari hijriah 354 atau 355 hari.

Perbedaan pendekatan penentuan hilal atau bulan sabit pertama yang teramati bada magrib sebagai penanda bulan baru inilah yang menyebabkan bisa terjadinya ketidaksamaan tanggal 1 Ramadhan. Metode menentukan awal bulan ada dua, yaitu rukyat dan hisab. Rukyatul melalui mekanisme pemantauan hilal di lapangan sedangkan hisab melalui perhitungan ilmu falak atau astronomi.

Jauh hari Muhammadiyah sudah menentukan jatuhnya 1 Ramadhan pada 2 April 2022. Penetapan tersebut merunut hasil hisab hakiki wujudul hilal. Muhammadiyah menilai bahwa Jumat 1 April 2022, ijtimak jelang Ramadhan 1443 H terjadi pukul 13:27:13 WIB.

NU menggunakan metode rukyatul hilal memperkirakan bahwa posisi hilal pada Jumat 1 April 2022 sedikit diatas standar imnakur rukyah (kemungkinan melihat hilal). Konjungsi atau ijtimak bulan terjadi pada pukul 13:25:54 WIB. Jika hilal tidak terlihat, bulan Syaban secara otomatis digenapkan menjadi 30 hari dan awal Ramadhan jatuh pada Minggu 3 April 2022.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) tahun ini menggunakan standar baru dalam menentukan awal bulan Hijriah yang mengacu pada MABIMS 2021 (Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Kriteria baru MABISM yaitu ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sebelumnya berpedoman dengan ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam. Berdasarkan sidang isybat 2022 yang dilaksanakan Jumat 1 April 2022, awal Ramadhan atau umat Islam mulai berpuasa ditetapkan pada Minggu 3 April 2022.

Begitu pulang kerja dan mendengarkan hasil sidang isybat, suami langsung berkata, "Ayang, besok (Sabtu) Puasa?". Aku pun balik bertanya, "Ayang, puasa minggu?"

Pertanyaan retoris sebenarnya. Kami sudah tahu jawaban masing-masing.

Lalu bagaimana dengan keluarga besarku dan keluarga besarnya. Tidak masalah juga. Ketika mudik ke kampung halamanku dan suami memilih sholat Idul Fitri bersama NU ya tidak apa-apa. Karena kebetulan, mirip di novel, di kampungku juga ada masjid Muhammadiyah dan NU. Bedanya, jika di "Kambing dan Hujan" hanya ada dua masjid itu, di desaku justru ada satu lagi masjid LDII.

Bagi kami berdua, Islam itu agama yang mudah. Namun, terkadang pemeluknya sendiri yang memperumitnya. Sebagaimana Hadits Riwayat Al --Bukhari dari Abu Hurairah, Islam itu baik, indah, dan mudah. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia sendiri akan dikalahkan (semakin berat dan sulit)...".

Kunci bagi kami adalah keterbukaan, komunikasi, dan saling menghargai perasaan masing-masing. Sebab, setelah menikah, ridho Allah SWT tergantung ridho suami. Apa yang aku kerjakan berdasarkan keikhlasan suami. Bukankah, kami satu tujuan membentuk keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah. Karena, kebenaran hanyalah milik Allah SWT.

Marhaban ya Ramadhan...

Semoga menjadi pintu awal kebaikan dan rezeki bagi semua yang menjalankan^^

Kamu shaum kapan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun