Mohon tunggu...
Pangrango
Pangrango Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Antisipasi Hilang Sinyal Saat Mudik Online

16 Mei 2020   23:44 Diperbarui: 17 Mei 2020   00:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas melakukan pengecekan di tower BTS (Foto: Darma Legi)

Lebaran kali ini menjadi berbeda akibat pandemi Corona. Presiden Joko Widodo mengimbau agar mudik ke kampung halaman digantikan mudik digital. Mudik online artinya kita menggunakan aplikasi berbasis internet untuk saling bersilaturahmi baik melalui panggilan suara maupun video.

Untuk itu persiapan mudik online ini adalah pertama kuota internet yang cukup bagi kita maupun saudara. Jangan sampai kuota kita limited dan habis sewaktu Lebaran. Walaupun sekarang mengisi pulsa bisa dilakukan lewat HP masing-masing tapi ada kemungkinan rentan gangguan. 

Pernah suatu ketika saya mengisi pulsa saat hari Raya Idul Fitri. Harganya lebih mahal dan pulsa masuk lebih lama. Selain itu, waktu Lebaran, jaringan internet pun seringkali menjadi lemot.

Kedua pemerintah sejak sekarang seharusnya mengantisipasi lonjakan penggunaan internet yang diprediksi naik 40 persen saat Lebaran nanti. Saat masa pandemi penggunaan internet naik 5-10 persen dan kecenderungannya terus meningkat selama Ramadhan. Namun, hingga saat ini menurut Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Johny Plate kapasitas jaringan masih aman terkendali untuk memenuhi peningkatan permintaan layanan (sumber di sini).

Kebetulan provider yang saya gunakan sama dengan suami beberapa kali hilang sinyal alias no service di masa pandemi Corona ini. Pihak provider mengklaim tidak ada masalah jaringan. Padahal hal ini sangat menganggu apalagi pekerjaan suami mengandalkan jaringan internet. Jangan sampai saat Lebaran tiba-tiba kejadian tidak ada layanan terulang. 

Ketiga aplikasi untuk memperlancar komunikasi bersama saat mudik online. Beberapa aplikasi yang bisa digunakan di antaranya WhatsApp, Google Meet, Google Duo, Skype dan Zoom. Untuk memilihnya, sebaiknya sesuai kebutuhan dan yang sudah familiar digunakan. Untuk WhatsApp bisa digunakan untuk delapan orang dalam satu panggilan, Google Meet dalam satu panggilan bisa 16 orang, Google Duo bisa menampung 32 peserta, Skype hingga 50 orang dalam satu panggilan, dan Zoom bisa sampai 100 orang peserta.

Petugas melakukan pengecekan di tower BTS (Foto: Darma Legi)
Petugas melakukan pengecekan di tower BTS (Foto: Darma Legi)

Saat diterapkan Work From Home (WFH) atau himbauan #dirumahsaja  aplikasi-aplikasi yang menawarkan akses dan kuota gratis. Namun sebaiknya jangan hanya memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk meraih pengguna sebanyak-banyaknya. Akan tetapi juga harus diimbangi kualitas jaringan yang prima.

Ada beberapa kekhawatiran saya saat pemerintah menganjurkan mudik online. Bagaimana dengan persiapannya? Apakah sudah bekerjasama dengan provider dan pengembang aplikasi untuk mengantisipasi lonjakan pengguna? Bagaimana dengan tower-tower Base Transceiver Station (BTS), apakah sudah memenuhi jumlah ideal? 

Jika pengguna internet di Indonesia saat ini berdasarkan laporan terbaru We Are Social tembus di angka 175,4 juta jiwa dan jika dianggap semuanya mengakses panggilan suara dan video call secara bersamaan, bagaimana jadinya?

Pengalaman saya saat pembukaan pendaftaran CPNS biasanya server menjadi down karena ada jutaan orang yang mengakses situs bersamaan. Untuk pengakses situs BKN tahun 2018 ada 4,3 juta orang dan hari pertama tahun 2019 langsung diakses 20 ribu orang. Para calon ASN menjadi kepayahan untuk mendaftar dan harus menyiasati di jam-jam tertentu. Masa kita harus bersilaturahmi tengah malam saat jam tidak sibuk? 

Kemudian jika mengacu data prediksi mudik tahun 2019, ada 23 juga pemudik di Indonesia. Jika dianggap angka tersebut seluruhnya melakukan panggilan baik suara maupun video dan minimal dikalikan dua untuk lawan bicaranya, apa terdapat jaminan kualitas jaringan tetap stabil?

Berkaca dari pengalaman tersebut jangan sampai pemerintah menganjurkan mudik online tapi tidak diimbangi dengan kualitas jaringan yang aman saat traffic tinggi. Saat ini saja jika melakukan video call, kerap muncul notifikasi di aplikasi messenger yang saya gunakan "koneksi buruk-menghubungkan ulang" padahal notabene saya tinggal di Kota Bandung dengan sinyal kuat dan keluarga saya tidak tinggal di pelosok. Sehingga seharusnya tidak ada masalah dengan koneksi internet.

Koneksi yang lambat atau bahkan terputus di tengah jalan ketika sedang melaksanakan panggilan bukannya silaturahmi jadi lancar malah bikin kesal. Apalagi jika saat bicara ada pembicaraan yang terpotong dan malah menjadikan miss komunikasi informasi. Pesan yang harusnya sampai malah tidak sampai.

Saya sendiri adalah salah seorang yang mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik dahulu dan bakal beralih menggunakan daring. Sehingga saya butuh jaminan kelancaran komunikasi. Setiap himbauan harus diikuti solusi. Meski sepele tapi tidak boleh menggampangkan terkait konektivitas ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun