Ada dawet ayu Banjarnegara. Ada dawet ireng Purworejo. Ada juga dawet Bayat. Nama kota tersebut melekat dibelakang nama es dawet sebagai ciri khas. Agak berbeda dengan penamaan Es Cendol Elizabeth di Kota Bandung.
Aku memaknai cendol sebagai pelengkap dari dawet yang terbuat dari tepung ditambah pewarna. Dawet sendiri merupakan perpaduan es, santan, dan gula/aren serta cendol itu sendiri.
Sebagai penikmat es dawet tentu saja aku langsung dibuat penasaran dengan Es Cendol Elizabeth. Awal menitip ke suami, aku sempat eyel-eyelan. Khawatir cuma dibeliin cendolnya aja yang artinya harus bikin bahan lainnya sendiri. "Dawet ya jangan cendolnya aja."
"Iya, Es Cendol kan?"
"Iya es dawet."
...
Hingga akhirnya suami menjelaskan kalau es dawet itu di Bandung lebih dikenal dengan es cendol. Haha lucu ya... Tapi ya memang kami tidak sekali dua kali miss komunikasi seperti ini gara-gara perbedaan penyebutan terhadap sesuatu. Sebab ia besar di Bandung sedangkan aku di Klaten. Tapi itulah warna pernikahan berbeda daerah.
Balik lagi ke Es Cendol Elizabeth ya. Apakah kompasianer menebak kalau pemiliknya bernama Elizabeth. Jika begitu sama seperti perkiraanku pertama kali. Namun, ternyata bukan, dinamakan Es Cendol Elizabeth karena awalnya pedagang mangkal di depan Toko Tas Elizabeth. Sehingga dikenal Es Cendol Elizabeth.
Namun, tidak ujug-ujug begitu juga. Sebab Elizabeth pemilik toko tas di Jalan Inggit Ganarsih Astana Anyar sudah lama menjadi pelanggan es cendol milik Haji Rohman. Haji Rohman awalnya kerap mangkal di depan rumah Elizabeth yang masih bekerja di toko tas. Sampai akhirnya, Elizabeth mempunyai toko tas sendiri yang dinamakan sesuai namanya.Â
Haji Rohman pun kerap mangkal disitu. Saat ada pesanan, Haji Rohman yang tidak bisa membaca dan menulis kerap meminta tolong Elizabeth untuk dibuatkan bon. Bon yang digunakan merupakan nota milik toko Elizabeth sehingga masyarakat mengira namanya Es Cendol Elizabeth. Nah, melihat itu pemilik toko pun menyarankan nama es cendol Haji Rohman sekaligus sebagai Es Cendol Elizabeth.
Ciri khas Es Cendol Elizabeth adalah warna cendolnya yang hijau. Cendolnya terbuat dari tepung aci kawung dengan daun suji sebagai pewarna. Gula yang dipakai adalah gula kelapa. Â Daun pandan digunakan sebagai penambah aroma.
Saat membeli kita bisa membeli langsung saji atau dalam paket terpisah antara cendol, santan, dan gulanya. Sehingga semua bahan bisa dicampur sendiri di rumah. Harga untuk satu paket bungkus besar ini Rp 15 ribuan.
Gerai Es Cendol Elizabeth berada di jalan Inhoftank No. 64 Kota Bandung. Meski begitu, di kawasan Astana Anyar-Otista banyak dijumpai pedagang kaki lima yang menjajakannya pula. Keasliannya hmmm aku kurang tahu ya meski di gerobak memang bertulis Es Cendol Elizabeth. Sebab, Haji Rohman belum mempatenkan merk Elizabeth sehingga namanya banyak digunakan. Sudah seperti buku ya, ada yang ori (asli) dan bajakan. Terkait rasanya tentu saja berbeda, karena produk asli berbahan yang berkualitas dan diambil dari kebun sendiri. Sedangkan penjual di sekitaran bisa memanfaatkan bahan yang mirip untuk mengganti bahan baku cendol Elizabeth yang mulai susah dicari.
Terkait hal ini pun aku mengetahui dari suami, saat aku bertanya kenapa membeli di gerai bukan di pinggir jalan biar cepat. Ternyata aspal (asli tapi palsu) mungkin hehe... Makanya daripada...daripada lebih baik langsung ke gerainya. Di Kota Bandung sendiri selain di Inhoftank, Haji Rohman membuka cabang di Jalan Otista. Sedangkan diluar Bandung ada di Tasikmalaya dan Majalaya.
Es Cendol Elizabeth ini sudah menjadi menu favorit takjil berbuka puasa. Di antara hari-hari Ramadhan harus ada minuman ini bahkan sering termasuk saat tengah puasa sunnah. Di hari pertama puasa ini juga kok langsung ngiler kebayang-bayang dawet ini ya.
Nah, kalau kompasianer ke Bandung boleh tuh mencoba citarasa kuliner khas tanah pasundan yang sudah ada sejak tahun 1972 ini.
Itu tadi cerita tentang takjil favoritku kalau kompasianer apa? Sharing, yuk! Siapa tahu nanti kita tukar-tukaran takjil. *Halah...
Baca juga artikel aku sebelumnya ya: Goals Ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H