Kuukir namamu didasar hatiku
Kugores dan terus kugores di gua hatiku
hingga
Kusimpan rapat maha karya itu agar tak seorangpun tau
Tiba...tiba....
Di seperdelapan putaran waktu kuterbagun
Dengan bakiak bergegas kulangkahkan kaki menuju pancuran
Tetes demi tetes air mengalir membangunkan pori-pori kulit yang terlelap
Kubasuh wajah dengan kedua telapak tanganku tuk temukan kesegaran
Sang kabut masih setia bergelayut pada sang langit
Kutersungkur dan bersujud dihapanMu wahai penguasa alam
Kupuja kau di tiap hidupku
Kudereskan namamu ditiap doaku
Kuselipkan nama seseorang di doaku
Karna hanya dialah yang kuinginkan
Kutitipkan ia padaMu
Tak tahu kapan kau kan berikan ia padaku
Kuhanya ingin mencintainya dengan sederhana seperti rancanganMu
Purworjo, 31 Desember 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H